Negara besar dimulai dari peranan wanita dalam keluarga

Dosen Ilmu Manajemen Informatika ini, awalnya hanya membantu merapikan manajemen bisnis suaminya di bidang properti. Namun kemudian akhirnya “pindah kuadran” menjadi pengusaha betulan. Di bawah bendera Kharisma Arrayan Group, beberapa usaha kemudian dirintis. Ada yang mandeg, ada yang lancar. Termasuk usaha tempat parkiran tak jauh dari mal Palembang Square.

Niat awal kita berbisnis ini adalah dakwah di dalam perusahaan. Bagaimana kita menyebarkan nilai-nilai kebaikan di lingkungan perusahaan itu sendiri. Budaya yang ingin kita ingin terapkan itu seperti apa. Saya sebelumnya berprofesi sebagai dosen, lalu memutuskan ikut membantu suami dalam bisnisnya.

Awalnya saya prihatin, dengan suami yang waktunya demikian terkuras. Dari pagi ke sore, sore ke malam. Karena suami saya sendiri sebenarnya seorang PNS, dosen di UNSRI. Namun jiwa bisnisnya sedemikian kuat. Jadi, ada tarikan antara tuntutan tugas sebagai pengajar dan jiwa bisnisnya. Tapi untungnya di UNSRI itu, dosennya mengajar dalam bentuk tim.

Jadi, saya ini cuma mendukung suami saja, karena saya sendiri merupakan orang manajemen. S2 saya kebetulan di manajemen pemasaran. Awal keterlibatan saya untuk mengisi waktu saja sambil kuliah di Pasca Sarjana, namun kemudian seiring bergulirnya waktu, akhirnya ketagihan. Ternyata terpakai ilmu-ilmu marketing yang saya pelajari. Terutama dalam manajemen SDM, manajemen pengarsipan.  Walaupun dalam tataran teori. Berbeda dengan suami yang memang sudah lama bergelut di bidang tersebut sejak tahun 2007.  

Pada saat memulai bisnis, tepatnya di dua tahun pertama, kita upayakan untuk membangun sistem. Karena bagaimanapun, kita ingin membangun perusahaan bukan bekerja di perusahaan. Kalau kita nggak mengerti di soal sistem, kita hire orang yang paham dengan sistem.

Selain itu diperlukan juga komitmen antara kita, suami-istri. Dan awalnya memang berat terutama di dua tahun pertama itu, membangun sistem. Apalagi anak-anak masih kecil-kecil. Dan Alhamdulillah sekarang sudah banyak asistennya. Dari luar negeri, dari Korea dari Jepang (tertawa). Kayak mesin cuci, rice cooker dan lainnya. Jaman Nenek kita kan belum ada.

Artinya, prioritas diterapkan. Dan memang pendidikan anak adalah yang utama. Sesibuk apapun kita harus komitmen untuk komunikasi dan perhatian kepada anak-anak harus tetap dijalankan. Karena yang kita utamakan adalah kualitas, bukan hanya kuantitas. Dua tahun pertama anak, kuantitasnya mungkin kurang namun kualitas kita jaga. Artinya, menyadur dalam bahasa parenting, sesibuk apapun kita tidak boleh lupakan dua waktu kebersamaan dengan anak. Yaitu ketika mereka akan tidur dan ketika mereka bangun tidur.

Itu terutama untuk Ibu, sesibuk apapun aktivitas kita. Terutama dalam usia Golden Age yang pertama. Kenapa? Karena pada saat itu,  otak anak cepat sekali menyerap informasi dengan mudah dan akan menetap dalam waktu lama. Itulah waktu yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak kita.

Pernah Gagal

Namanya berbisnis pasti pernah gagal juga, ada dua kali kami gagal. Pertama itu usaha depot kayu Raja. Sempat kita evaluasi, mungkin kita waktu itu pengen cepat berhasil, karbitan. Intinya kita tidak sabar waktu itu. Sehingga, banyak ambil karyawan dari keluarga. Jadi kita waktu itu mengangkat seorang keponakan suami sebagai manager. Dia belum ada pengalaman dan pengetahuan tentang bidang itu sendiri. Itulah mengapa orang Cina itu kalaupun mengajak anggota keluarga dalam bisnis, harus dimulai dari magang dulu, nggak langsung ditempatkan walaupun itu anaknya sendiri.

Akhirnya kita sekarang mempunyai kontrbusi terhadap perkembangan mentalnya sekarang, jadi mental bos. Nggak mau kerja-kerja yang lain.

Yang gagal satunya, itu bisnis makanan namanya, Garden food court itu di dekat Palembang Square, yang sekarang sudah kita alihkan menjadi usaha tempat parkir. Awalnya kita sempat nggak terpikir, kalau ternyata bisnis makanan itu sangat pelik. Makanan itu kan kebutuhan harian, jadi mereka tak ingin yang monoton. Apalagi orang kan kalo pergi ke mal itu selain belanja, juga untuk jalan-jalan. Di dalam sudah banyak gerai makanan. Kalaupun harus makan di tempat kita, apa nilai tambah yang kita berikan kepada pengunjung.

Jadi setelah evaluasi dan itu hampir setahun nggak terpakai tempatnya, barulah kita coba usaha tempat parkiran di bulan Juni 2013 lalu dan ternyata malah salah satu pemasukan kita yang berarti. Walau demikian, bisnis parkir ini tetap kita evaluasi. Apa akan dikembangkan, dibuat menjadi empat lantai kayak di Jakarta, atau akan dibuatkan toko kecil yang akan dimanfaatkan untuk menjual aksesoris.  

Maksimalkan Potensi Diri

 Sebagai seorang wanita, setiap kita mempunyai potensi sendiri. Jadi selanjutnya adalah bagaimana kita berkontribusi dalam memberikan kemanfaatan kepada lingkungan sekitar. Perempuan itu unik. Ketika sebelum menikah, maka ia akan focus kepada keluarganya, kepada orangtua, saudara-saudaranya. Ketika sudah punya berkeluarga, maka ia fokus kepada suami dan anak-anaknya dulu. Artinya seorang perempuan itu terus berada dalam proses adaptasi, belajar terus-menerus.

Dalam urusan menuju kebebasan finansial, seorang wanita juga bisa mengambil peran. Apalagi sekarang kan sudah banyak jenis bisnis ibu rumah tangga yang bisa dilakukan dari dalam rumah. Nggak musti harus keluar.

Artinya yang paling utama adalah keluarga, jangan dibalik. Walaupun ia punya urusan banyak dan di mana-mana. Karena Negara besar dimulai dari peranan wanita dalam keluarganya kan. Wanita yang baik, akan menjadi contoh bagi anak-anaknya. Bagi masyarakat di sekitarnya. (KJ-04) 

bagikan ke >>

WhatsApp
Facebook
Twitter