Jauh dari keluarga, bahkan dari tanah air sendiri pastilah menyimpan kerinduan tersendiri. Belumlah kerinduan itu terbayar, musibah tak mengenal kondisi. Titin Noviani (30) harus rawat inap di sebuah rumah sakit bebas biaya atas rekomendasi dari Dompet Dhuafa Cabang Hongkong.
Saat ini, sudah dua bulan Novi, demikian panggilan mantan Buruh Migran Indonesia (BMI) Hongkong asal Sumatera Selatan ini, terkulai lemah di ruang rawat inap wanita Rumah Sehat Terpadu (RST) Dompet Dhuafa. Titin Noviani atau yang akrab disapa Novi didiagnosa menderita penyakit Cocxitis Bilateral (Radang Pada Tulang Sendi Coxae).
Menurut keterangan Novi, penyakit Cocxitis tersebut disebabkan karena ia jatuh didorong oleh temannya pada saat ia bekerja sebagai BMI di Hongkong. Novi merupakan seorang BMI yang pernah bekerja di Singapura dan yang terakhir di Hongkong. Ia menjadi BMI di Singapura selama 3 tahun, yaitu dari tahun 2007-2010. Kemudian pada tahun 2010, ia pindah menjadi BMI di Hongkong sampai akhirnya peristiwa itu terjadi dan mengharuskan Novi untuk kembali pulang ke Indonesia untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Sebetulnya, menjadi BMI bukan merupakan pilihan hidup Novi. Dara kelahiran Lahat ini, mengaku selepas SMA lalu sempat melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi program Diploma 2. Menjadi BMI karena tergiur dengan gaji yang dihasilkan. Selain itu ia juga senang karena dapat mempelajari berbagai bahasa negara lain.
Saat ini, keluarga angkatnya yang berada di Desa Rimba Terap, 3 km dari Simpang Serdang Pangkalan Balai Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan. Kurang lebih satu setengah jam perjalanan kea rah Tenggara Kota Palembang.
Titin telah menjadi yatim piatu sejak kecil. Sehingga sedari umur yang sangat belia ia diasuh oleh orang lain. Satu-satunya keluarga yang tertinggal saat ini, adalah kakak angkatnya, Cek Yana dan suaminya Simin. Cek Yanalah yang banyak mengasuh Titin, setelah sempat berpindah-pindah antara saudara angkatnya. Sedangkan ayah angkat yang telah mengasuh Titin sejak kecil saat ini sudah sangat sepuh, berumur 82 tahun. Dan saat ini lebih banyak menggantungkan dari bantuan tetangga sekitarnya.
Menurut Cek Yana, Titin termasuk nekat berangkat ke Hongkong. Tahun kemarin sempat pulang, ke Banyuasin karena sakit. Namun sebelum pulih benar, Titin sudah kembali lagi ke Hongkong.
Penyakit Cocxitis yang diderita Novi membuat pola jalannya tidak sempurna dan apabila berjalan maka akan dirasakan sakit pada daerah panggul. Novi telah menjalani sesi fisioterapi di RST Dompet Dhuafa selama beberapa kali namun setelah dilihat ternyata tidak terdapat perubahan yang terlalu jauh, sehingga akhirnya dokter menyarankan untuk melakukan rontgen pelvis untuk melihat kondisi tulang Novi. Dari hasil rontgen didapatkan bahwa terjadi perlengketan antara tulang paha dan tulang panggul sehingga membatasi gerakan dan dirasakan nyeri yang berlebihan pada saat berjalan.
Tindakan Total HJR ini diambil mengingat usia Novi yang masih produktif dan diharapkan dapat bekerja kembali karena Novi merupakan tulang punggung keluarga. Prediksi biaya tindakan operasi dan penggunaan alat operasi HJR tersebut diperkirakan mencapai ± Rp 78.000.000,00. (Tujuh Puluh Delapan Juta Rupiah).
Kami menggugah hati Anda untuk membantu kesembuhan Titin Noviani. (*)
*) Foto kediaman kakak angkat Titin, Cek Yana dan suami yang terletak di Desa Rimba Terap, Simpang Serdang, Pangkalan Balai Banyuasin Sumatera Selatan.