Tertipu Keponakan Sendiri

Berada dalam perjalanan, bukanlah hal yang senantiasa menyenangkan. Apalagi bila perjalanan itu menggunakan jalur darat dan tujuan yang lumayan jauh. Energi, ongkos, emosi tentu akan terkuras. Begitu pula apa yang dialami oleh Evi, seorang guru TK asal Tasikmalaya berikut ini.

Bermula dari keinginan untuk memenuhi hasrat anak satu-satunya, Evi rela menjebol tabungannya demi mengantarkan sang anak untuk bekerja ke Jambi. Ema (19), anaknya itu yang baru lulus SMA, tergiur dengan cerita keberhasilan saudara sepupunya setelah bekerja di Jambi. Awalnya sang ibu menolak keinginan Ema, hati ibu mana yang rela berjauhan dengan putrid satu-satunya permata hati, namun karena terus didesak dengan uraian air mata, hatinya luluh juga.

Maka berangkatlah Evi bersama anak dan keponakannya itu menuju Jambi. Setiba di kota tujuan, mereka menginap di salah satu hotel selama dua malam. Sembari mengurus administrasi di tempat anaknya melamar.

Tak dinyana, di malamnya, kamar hotel tempat mereka menginap dimasuki pencuri. Semua harta berharga, termasuk uang tunai sebesar Rp2,5 juta, ponsel genggam Evi dan anaknya lenyap. Remuk redam hati seorang Evi menerima kenyataan telah dikhianati oleh keponakan sendiri. Namun ia berucap syukur, karena putrinya tidak mengalami tindak kriminal. Hilang sudah restunya untuk mengikhlaskan putri semata wayang buah cinta dengan almarhum suami yang telah mendahuluinya. Yang menjadi pikirannya kini, bagaimana bisa mendapatkan ongkos untuk dapat pulang secepatnya ke kampung halaman di Tasikmalaya.

Maka, ia pun melaporkan tindak kejahatan yang menimpa dirinya ke kantor Polisi terdekat. Terkejutnya sang ibu saat diberitahu bahwa menurut Polisi di sana memang ada hotel yang menjadi tempat ‘sarang’ penyamun. Dan polisi menduga keponakannya ikut terlibat.

Iba dengan musibah yang menimpa Evi, Polisi menawarkan bantuan. Heri nama polisi tersebut, mendapat informasi dari Sekda untuk berangkat ke Lazda dan Bazda yang merekomendasikan Rumah Sosial Insan Mulia (RSIM) Jambi. Maka, Heri mengantarkan Evi dan anaknya ke RSIM, ternyata tutup karena sudah sore. Atas informasi dari Sekda, Heri kemudian membelikan tiket tujuan Palembang untuk menyambangi Dompet Dhuafa Sumsel.

Dari informasi yang didapat, sesuai prosedur yang ada, setiap jejaring Dompet Dhuafa di daerah dapat membantu musafir yang datang ke kantor, untuk memberikan ongkos hingga sampai ke kantor perwakilan DD di provinsi terdekat, dalam hal ini DD Sumsel.

Maka bermodal Surat Pengantar dan ongkos yang diselipkan oleh polisi yang baik hati tadi, Evi dan anaknya segera berangkat menuju Palembang. Tiba di Palembang hari Jumat pukul 3 dinihari. Keduanya pun memilih mampir sebentar ke Masjid Agung, apalagi badan Ema mendadak demam. Mungkin anaknya tertekan karena telah membuat orangtua satu-satunya itu kesusahan.

Setelah bertanya kanan-kiri, ia pun tiba di Poltabes Palembang, menyampaikan surat pengantar dari Kepolisian Jambi. Kemudian setelah diberitahu bus yang harus dinaiki, ia pun sampai ke kantor DD Sumsel.

Ia diterima langsung oleh Yuliani, Head of Education Program DD Sumsel. Setelah menyampaikan maksud kedatangannya, Ani segera melakukan konfirmasi dengan pihak RSIM Jambi dan menghubungi nomor Polisi yang ia bawa. Sesuai prosedur, Ani pun segera mengajukan pencairan dana dan memesan tiket kereta api.

Karena keretanya berangkat jam 8 malam, sedang hari masih siang, maka ia pun diajak beraktivitas sebentar oleh Ani dan pulang ke rumah. Seusai Maghrib, barulah ia diantarkan ke stasiun Kertapati, Palembang.

Dengan berurai air mata ia mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan yang diberikan kepadanya. Ani pun tak kuasa menahan haru, karena tanpa ia sadari putri pertamanya sendiri Zahra (3,5) bisa begitu lekat menggelayut di pelukan Evi, padahal baru kenal beberapa jam saja.

Jumat (27/5) pukul 21.00, Evi dan putrinya meninggalkan Palembang menggunakan KA Limex Sriwijaya. Karena tidak punya hape, Evi cuma bisa meminjam hape orang yang ditemuinya untuk memberi kabar dirinya kepada Ani. SMS terakhir menyebutkan bahwa di Lampung ia menginap di masjid yang ada di lingkungan Polda Lampung.

Takmir (ketua pengurus) masjid yang mengetahui tentang Evi dan peristiwa yang dialaminya, ternyata dekat dengan Kapolda, segera menyampaikan berita tentang Evi. Evi pun dipanggil langsung ke ruangan Kapolda Lampung. Ternyata Kapolda memberikan bantuan ongkos kepada dirinya sebesar Rp1 juta. Subhanallah, ujian berat yang diterima oleh Evi berakhir manis dengan sentuhan indah ukhuwah islamiyah di atas alasan kemanusiaan. 

bagikan ke >>

WhatsApp
Facebook
Twitter