Sosok Ibu dan perjuangan di belakangnya, adalah cerita kepahlawanan yang takkan pernah usai. Sepanjang zaman, akan senantiasa kita temukan ibu-ibu tangguh, berjuang bukan hanya untuk dirinya sendiri. Tepatnya, ‘tidak’ untuk dirinya. Tetapi, untuk anak-anaknya. Walaupun, dalam perjuangan itu ia harus melakoninya sendiri, tanpa kehadiran sosok suami di sisinya.
Berkas kepahlawanan itu bisa terlihat dari sosok Rusmaini (45). Perempuan paruh baya yang rela melakoni pekerjaan apa saja demi mempertahankan hidup dan lebih dari itu, menjaga izzah (kemuliaan) diri dari meminta-minta.
Pasca bercerai dari suaminya, Rusmaini harus menanggung sendiri keempat orang anaknya yang kini mulai beranjak remaja. Anaknya yang paling tua, Muhammad Shodiq Abdul Hakam saat ini tengah mondok di Rumah Tahfidz Kiai Merogan. Lalu, anak ke-2 Annisa Miftahul Jannah masih duduk di kelas X SMK Bina Jaya Kertapati. Sempat mondok pula di Gontor bersama sang Kakak dulu.
Anak ke-3, Khoirunnisa Az Zahra saat ini bersekolah di Madrasah Aliyah kelas X Pesantren Khusnul Khotimah Kuningan Jawa Barat dan yang bungsu Abu Bakar, masih duduk di kelas 4 SD.
Ragam pekerjaan, telah dijajal oleh Rusmaini. Ia pernah bekerja sebagai pengajar sekaligus tenaga pengasuh di PAUD Al-Irsyad. Dengan waktu kerja hampir 12 jam sehari. Pergi dari rumah pukul 06.30 dan baru kembali lagi pukul 18.30. Waktu selama itu, lebih banyak dihabiskan di jalan.
Karena, Rusmaini lebih memilih berjalan kaki dari rumah orangtuanya yang terletak di Jalan Faqih Usman 1 Ulu Palembang ke lokasi PAUD Al Irsyad yang terletak di daerah Panca Usaha 5 Ulu. Butuh waktu sekitar satu jam perjalanan untuk pergi saja.
Namun, demi mengingat ada anak bungsunya yang masih membutuhkan perhatian lebih, maka ia pun mengundurkan diri dari pekerjaan tersebut. Ia sering merasa tidak tega meninggalkan anak bungsunya itu seharian dan mendapatkan Abu Bakar telah tertidur saat ia pulang ke rumah.
Pekerjaan lain juga pernah ia lakukan. Mulai dari penjaga skuter mainan anak-anak di Car Free Day (CFD) Kambang Iwak Palembang sebelum kemudian kena penertiban. Lalu ia pernah pula berjualan pakaian bekas “BJ” di Daerah 4 Ulu. Termasuk pula menjalankan bisnis Multi Level Marketing (MLM), namun kemudian ia tingglkan karena menghabiskan banyak waktu.
Saat ini menjadi penjaga toko kasur di Pasar 26 Ilir Palembang. Sembari menunggu ada tetangga yang rencananya akan menitipkan anak kepadanya bulan depan.
Ia yakin, meskipun pekerjaan yang ia ambil serabutan, rezeki itu datangnya dari Allah. Seringkali, di saat kesulitan keuangan, tahu-tahu ada orang yang memberi pekerjaan kepadanya dan mendapatkan upah uang sebagai ucapan terima kasih.
Begitu juga dengan pendidikan anak-anaknya. Meskipun ekonomi seringkali berada dalam keadaan yang sulit, namun ia percaya kepada Allah Swt. Apapun yang terjadi, pendidikan anak akan menjadi prioritas utama.
Ia mengaku, dengan adanya tanggungan empat orang anaknya inilah yang menjadi penyemangat dirinya dalam mengais rezeki. Setiap langkah senantiasa diniatkan untuk memenuhi kebutuhan dan pendidikan anak.
Urusan pendidikan memang diakui sangatlah berat setelah memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun sekali lagi ia yakin dengan rezeki dari Allah Swt. Termasuk ketika Rusmaini mendapatkan bantuan dana pendidikan dari Dompet Dhuafa Sumsel untuk membayar dana awal saat melanjutkan sekolah anaknya yang nomor tiga, dari MTs ke MA di Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan Jawa Barat.
Sedangkan urusan biaya bulanan pendidikan anaknya yang di pesantren itu, ia berbagi dengan mantan suaminya. Sementara ketiga anaknya yang lain, menjadi tanggung jawb dirinya sendiri. (KJ-04/*)