Palembang, DD Sumsel – Mendadak bermunculan lapak penjual yang menawarkan aneka dagangan khas kaki lima. Ada yang menjual aneka kue basah, pita, bros, sampai ke kacang goreng. Suasana ramai bak pasar tersebut bukanlah Pasar Beduk yang biasa bermunculan menjelang waktu berbuka, apalagi suasana kaki lima di pasar 16 Ilir Palembang!
Pemandangan unik itu berasal dari suara interaksi antara penjual dan pembeli di Kampus Yakin. Hari itu Ahad (14/12), mereka lagi latihan berjualan!
Layaknya penjual kawakan, mereka ramai menawarkan dagangannya kepada teman-teman mereka sendiri serta para kakak asuh yang lewat di depan lapak. Bermodal ‘uang’ yang dibagikan sebagai uang saku, anak-anak yang belum mendapat giliran jualan, mulai memilih dagangan yang menarik menurut mereka.
“Awalnya mereka malu-malu, tapi lama kelamaan mereka akhirnya terbiasa dan malah menikmati”, ujar M Ridwan Kepala Sekolah Yatim Kreatif Indonesia (Yakin) Dompet Dhuafa (DD) Sumsel.
Kegiatan yang diberi nama Market Day tersebut dilakukan dalam rangka memberikan pendidikan kepada anak-anak Yakin bagaimana bermuamalah dalam hal jual beli menurut Islam.
“Kita ingin menanamkan tentang adab-adab jual beli di dalam Islam. Seperti tidak boleh menjual barang haram, tidak berbohong dengan kondisi barang yang dijual, ramah terhadap pembeli dan jangan mengambil untung yang terlalu besar”.
Selain itu menurut Ridwan, kegiatan tersebut juga ditujukan untuk memberikan pembelajaran tentang kewirausahaan, agar mereka berani, percaya diri dan kreativitas.
Ridwan menjelaskan mekanisme kegiatan Market Day tersebut. “Mula-mula anak-anak dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama akan duluan berjualan, lalu kelompok kedua menjadi pembeli. Kepada kelompok pembeli, masing-masing diberikan uang saku untuk bertransaksi menggunakan uang mainan.
Lalu, di lapak yang mereka suka, mereka akan bertransaksi. Ya menggunakan uang mainan tersebut. Oleh penjual, uang tersebut akan diterima setelah mengucapkan ijab kabul jual beli. Lalu barang diserahkan dan uang yang diterima, akan diberi cap oleh kakak asuh yang berada di dekat lapak”, urai Ridwan.
Begitu seterusnya, kelompok kedua menjadi pedagang dan kelompok pertama gantian menjadi pembeli. “Di akhir kegiatan, uang mainan yang telah dicap tadi akan ditukar dengan uang beneran oleh kakak asuh. Lumayan, transaksi kemarin tembus Rp500 ribu lebih!”, senyum Ridwan bangga.
Menurutnya kegiatan ini bagian dari kurikulum Yakin yang mengacu kepada Character Building dan Life Skill. “Kewirausahaan ini menjadi salah satu agenda pembinaan Yakin. Insya Allah follow up kegiatan hari ini akan dilanjutkan dengan membuat lapak di tempat umum, seperti Kambang Iwak”, tutup Ridwan.
Ada salah seorang anak asuh yang begitu gigih berjualan. Tak ingin rugi, karena masih ada sisa jualan, ia pun bergerilya menawarkan langsung kepada calon pembeli. Semula hanya diam di lapak, ia tegak dan berjalan kesana kemari menawarkan dagangannya. Yang lebih heboh, barang jualannya ia diskon hingga 70%!
Saat pertama lapak digelar, jualan martabaknya ia beri harga Rp1.500. Menjelang siang dikorting menjadi ‘hanya’ Rp1.000. Dan saat penutupan, ia banting harga menjadi Rp500! “Daripada dibawa pulang lagi, rugi..”, ujarnya polos.
Ada-ada saja.. 🙂 (KJ-04)