Awal bekerja, lulusan Pertanian Jurusan Agronomi ini sering merasa salah jurusan karena akhirnya bekerja di dunia asuransi. Namun demikian, jalan hidupnya sekarang mengantarkan ia menjadi seorang pengusaha di bidang supplier dan salon kecantikan. Ia pun bersedia membagi tips suksesnya, “Harus pintar membagi waktu, semangat, berpikiran positif, berdoa dan jangan lupa zakat dan sedekah”.
Pertama bagi saya niat saya usaha, adalah mencari keberkahan. Yang kedua, berkat ridha dan support suami. Tanpa ridha dan pengertian dari suami, saya bukanlah siapa-siapa. Karena bagi saya yang beberapa kali terpaksa pulang malam dari mengurus usaha salon, tanpa pengertian suami mungkin sering bertengkar kita. Tapi sudah dari awal kita komitmen.
Mulanya saya bekerja di perusahaan asuransi, bagian back office. Namanya karyawati, kita pagi-pagi sudah dituntut untuk segera pergi dari rumah. Tiap pagi itu repotnya pasti ya. Kita sudah menyiapkan anak, suami yang belum siap. Giliran suami udah rapi, anaknya merajuk tidak mau dipakaikan baju, karena akan ditinggal.
Pokoknya berat sekali waktu itu. Anak saya itu yang sudah agak besar, mulai protes. “Mama nggak usah kerja. Kakak sendirian di rumah”. Walaupun saat itu ada bibi di rumah. Sekali saya hiraukan, karena saya ingin terus kerja. Dua kali dan seterusnya, sang anak terus protes, mama nggak usah kerja. Akhirnya kepikiran terus.
Sehingga, sampai suatu waktu sampai di titik jenuh. Di kantor kan saya punya tanggung jawab dengan pekerjaan. Pulang ke rumah juga saya punya kewajiban terhadap suami dan anak-anak. Saya mulai berpikir, saya ini maunya apa. Apa yang saya kejar dengan semua kesibukan ini. Pergi pagi pulang malam. Saya kaya juga enggak.
Kasihan anak-anak. Ketika saya lembur, pulangnya pasti malam. Sampa di rumah anak-anak sudah tidur, padahal kita kan kengen, ingin main bersama mereka. Besok juga sama seperti itu, pagi-pagi sudah harus pergi.
Akhirnya saya putuskan akan resign pada tahun 2007. Niatnya ingin mengurus keluarga, suami dan anak-anak. Saya waktu itu hamil anak yang ketiga. Di rumah saya memasak, membersihkan rumah. Tapi lama-lama perasaan saya jadi aneh. Saya yang terbiasa keluar rumah bekerja, jadi tidak punya kegiatan di rumah. Anak-anak sekolah, saya yang jadi sendirian di rumah. Saya sambilkan les masak, les jahit.
Sebelum saya resign saya sudah siap-siap. Mendirikan CV, untuk usaha nantinya. Namanya CV Al Murni Jaya Abadi, bergerak di bidang pengadaan barang dan jasa. Jadi setelah lahiran, saya sudah bisa siap-siap kerja di perusahaan sendiri. Waktu itu ada seorang teman yang punya paket-paket usaha namun tidak punya modal.
Kita berdua kerjasama. Dengan syarat, saya tidak hanya menyertakan uang saja namun ikut terlibat repot dalam pengurusan kontrak, kesana-kemari. Sehingga saya tahu bagaimana pekerjaannya, dan saya pun mengenal orang-orang penting.
Setelah mempunyai usaha sendiri, rasanya beda sekali dengan saat menjadi karyawan. Karena kalo sebagai karyawan kan kita itu takut kena marah, kalau ada yang salah. Walaupun kita belum pernah ya kena marah. Tapi perasaan was-was itu selalu ada di pikiran.
Sekarang kita tidak perlu takut lagi menghadap orang lain, entah dia pimpinan atau apa. Karena sekarang sudah setara.
Apapun peran dan profesi kita dan seibuk apapun jangan lupakan kodrat kita sebagai seorang istri dan seorang ibu bagi anak-anak, kerena keluarga tetap nomor satu. Dan jangan pula lupakan izin dan support suami. Karena sangat berpengaruh terhadap kelancaran usaha kita. (KJ-04)