Setiap hari adalah waktu untuk memuliakan seorang Ibu. Namun, bisa saja, karena kesibukan duniawi yang telah menguras energi sepanjang hari. Maka secuil waktu istimewa untuk seorang ibu menjadi terabaikan.
Jika demikian adanya, maka tidaklah mengapa jika khusus pada hari ini, tepat Hari Ibu, kita menjadikannya tanggal yang istimewa untuk sosok istimewa : Ibu.
Di hari Ibu ini sudah sepatutnya menjadi momen penyadaran bagi kita. Di tengah hiruk pikuk aktivitas, renungkan sejenak. Hadirkan ruang senyap sekejap, untuk meresapi kembali sosok Ibu. Jika jauh, resapkan bahwa saat ini ia ada tepat di samping kita. Jika ia sudah tiada, pejamkan mata untuk kembali mengingat setiap sudut bahunya, belaian tangannya semasa ia masih hidup.
Yakinlah, walaupun usianya kini sudah tidak sesegar dulu saat kita masih kanak-kanak. Namun ia tetap akan memberikan sandaran terkokoh di bahunya yang ringkih. Memberikan tempat pulang yang maha luas, untuk sekedar mencairkan segala kepenatan. Memberikan ketentraman disertai nasihat yang amat mendalam. Ia tak mengenal kata mengeluh, untuk sekedar berkesah atas segala kesulitan hidup yang niscaya ditemuinya, sepanjang hidup.
Kini, nanti dan esok. Kita haruslah tetap memupuk kasadaran itu. Bahwa ada seorang wanita, sudah tua bahkan mungkin sudah renta. Ia yang telah mengorbankan kebahagiaannya untuk kebahagiaan anaknya.
Kenanglah.
Atau mintalah Ibu bercerita ulang tentang masa kecilmu dahulu. Sedikit rengekan di waktu kecil mampu membangunkan si ibu dari tidur pulasnya. Ibu menahan kantuk untuk memberikan udara sejuk dengan sepotong kertas agar anaknya tidak kepanasan. Mata jeli dan tajam serta jurus-jurus jitu mengusir nyamuk sebelum menggigit kita, sang buah hatinya.
Madrasah Pertama
Al ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq. Ibu adalah madrasah perdana bagi anak-anaknya. Terusan dari syair Arab di atas, mempunyai arti : Bila engkau mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik. Untuk itu, carilah ibu untuk anak-anak yang sesuai dengan harapan.
Baik dipersiapkan atau tidak, seorang wanita dengan segala fitrahnya akan sampai pada fase penyadaran. Bahwa, di dalam rahimnya, telah dititipkan amanah dari Sang Maha Pencipta untuk mendapatkan pendidikan terbaik.
Ikhlas ataupun tidak ikhlas, saat tiba masa mengandung. Di sanalah kesadaran paling asasi, untuk menerima keadaan dan terbetik pula untuk belajar memberikan yang terbaik kepada sang buah hati. Di saat mengandung, calon permata hati itu dibawa kemana-mana. Mengorbankan diri sendiri untuk memenuhi hajat calon anak sebagai generasi penerusnya.
Menjelang masa persalinan, adalah suatu titik kritis penyadaran selanjutnya. Memberikan pelajaran kepada sang calon ibu. Terkenang akan kesulitan ibunya saat melahirkan dirinya dan saat itu ia dalam kondisi yang mungkin sama persis dengan yang dialami oleh sang Bunda. Belasan tahun lalu atau puluhan tahun yang lampau.
Demikianlah. Setiap unta adalah anak dari seekor unta. Begitu canda Nabi Saw kepada seorang sahabat. Seorang Ibu hari ini adalah anak dari seorang Ibu pula di masa lampau. Giliran itu memberikan kesempatan untuk belajar, memahami dan merasakan menjadi seorang ibu.
Sehingga, tak berlebihan jika kemudian Ibu adalah investor yang sama sekali tidak pernah menarik bagi hasil atas anaknya. Baginya kebahagiaan yang diperoleh seorang anak yang telah dibesarkannya sejak kecil, adalah harta yang tak ternilai harganya.
Ibu itu kasihnya tak terbilang, dan sayangnya akan terus berulang. Jika pun kemudian senantiasa terbetik dalam hati ingin membalas jasa ibu. Maka sebesar apapun itu tak akan pernah membalasnya, bahkan tidak akan secuil pun. Demikian, pesan dari sahabat mulia Abdullah bin Umar Ra.
Jikapun diniatkan untuk menghargai belas jasa seorang ibu, maka bentuk konkrit untuk membalas jasa ibu adalah dengan curahan kasih sayang sebaik-baiknya kepada anak keturunan. Dan senantiasa berikan doa tak terputus untuk kedua orang tua kita. Jadilah anak shalih, yang menjadi aset berharga satu-satunya, yang akan terus mendoakan sang Ibu, meskipun telah lama meninggalkan dunia.
Selamat hari Ibu!
Hari ini, di saat Hari ibu tiba, tidak harus diisi dengan sekedar seremonial kekaguman dan ucapan terimakasih. Tapi hari ibu harus kita jadikan agenda persembahan bakti terbaik kepada setiap ibu yang kita miliki. Dan kita mampu merubah mindset, bahwa adanya seoran
g ibu di antara kita adalah peluang amal shalih dan berkah bagi keimanan kita. Merawat ibu dengan kasih sayang bukanlah urusan kasih berbalas atau tidak.
Tetapi lebih merupakan sebuah proses pengabdian syarat nilai. Marilah kita persembahkan bakti tertulus setiap hari, baik bertemu atau tidak, hidup atau meninggal. Selamat Hari Ibu untuk semua ibu di dunia, engkau adalah pelita bagiku, bagi agama dan bangsa. (KJ-04/*)