Meski kondisi global saat ini telah mengalami lompatan besar masuk ke dalam dunia modern berbasis teknologi informasi, namun Indonesia masih belum bisa lepas dari ancaman penyakit semacam kecacingan dan diare. Akibat masih buruknya pengetahuan tentang kebersihan lingkunga n dan pola hidup sehat, sebanyak 30% ketidakhadiran anak-anak sekolah di kelasnya diakibatkan oleh kecacingan.
Fakta memprihatinkan tersebut disampaikan oleh Uca Ayu Frama Diesty, SKM dari Dinkes Kota Palembang yang menjadi salah satu pembicara dalam Seminar Kesehatan Dompet Dhuafa (DD) Sumsel, Sabtu (21/11/2015) lalu yang berlangsung di Quin Centro Hotel Palembang.
Dikatakan oleh Uca, Indonesia masih menjadi negara investor cacing terbanyak. “Penyakit lainnya adalah diare. Kedua penyakit ini terkait, karena diare bisa saja menjadi salah satu gejala cacingan. Itulah, mengapa 30 % ketidak hadiran anak-anak di sekolah karena menderita kecacingan”, ujar Uca dalam presentasinya bertajukKejadian kecacaingan dan diare di kota Palembang.
Sementara itu, pembicara kedua yakni dr. Yulia Iriani, Sp. A. dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sumsel mengungkapkan tentang ancaman laten kecacingan dan diare bagi anak sekolah.
Menurutnya, 1/3 dari penduduk dunia tidak mendapatkan akses atas fasilitas sanitasi memadai yang pada akhirnya menyebabkan tercemarnya virus, kuman dan parasit lainnya yang bersumber dari tinja, termasuk kecacingan. “Parahnya, kelompok terbesar dari 1/3 bagian tersebut adalah anak-anak dari usia 5-15 tahun”, tutur Yulia.
“Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mencuci tangan pakai sabun. Karena jika tidak bersih mencuci tangan, akan memperbesar potensi masuknya telur cacing ke dalam tubuh yang berujung pada kecacingan”.
Selain dari tangan yang menjadi vektor masuknya bibit-bibit cacing, makanan yang tidak diolah secara benar juga menjadi jembatan masuknya telur cacing ke dalam tubuh. Saran terbaik adalah dengan mencuci bersih sayur-sayuran dan buah-buahan sebelum dikonsumsi.
“Bahkan bayi cacing bisa langsung masuk ke tubuh melalui kulit. Mereka mampu menembus lapisan kulit jika kita sering berada di tempat-tempat kotor. Antisipasi paling bijak adalah dengan memakai alas kaki”, urainya.
Sementara itu, dr. Julius Anzar, Sp. A. (K) ahli gizi dri RSMH sebagai pembicara ketiga, juga memberikan sumbang saran tentang gizi bagi anak-anak usia sekolah.
Ia memberikan tips bagi para audiens, bagaimana cara mengkonsumsi makanan sehat. “Pertama, belilah makanan di tempat yang bersih. Kedua, perhatikan tanggal kadaluarsanya, terutama makanan dalam kemasan. Jika belum segera disantap, simpan di tempat yang bersih. Lalu, dimasak dengan baik dengan mengikuti petunjuk penyajiannya lalu sajikan dengan cara yang bersih. Jika sudah dimasak namun belum hendak dihidangkan, harap disimpan di tempat yg baik, dan bungkuslah dengan baik pula. Kita juga bisa memanaskan makanan yang tidak habis dikonsumsi”, urainya menjelaskan.
Puncak Peringatan HCTPS 2015
Seminar kesehatan yang bertema Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Salah Satu Upaya Pencegahan Penyakit Kecacingan dan Diare Pada Anak tersebut merupakan bagian dari puncak peringatan HCTPS sedunia yang jatuh pada tanggal 15 Oktober setiap tahunnya tersebut.
Sasaran dari kegiatan seminar kesehatan itu adalah para Kepala Sekolah SD/ MI, guru penanggungjawab UKS, Orangtua Siswa dan Pendamping Sekolah Sehat. Di mana Sekolah Sehat merupakan program dari Divisi Kesehatan DD Sumsel yang sudah berlangsung sejak 2014. Di ujung acara juga dilakukan pemilihan duta CTPS yang disaring dari 24 SD/MI yang ada di Palembang.
Rizki Asmuni, selaku Kepala Divisi Kesehatan DD Sumsel mengungkapkan tentang puncak peringatan HTCPS 2015 tersebut. “Selain sebagai puncak peringatan HTCPS, kegiatan hari ini juga merupakan bagian dari public expo Program Anak Indonesia Sehat (AIS) DD Sumsel”, cecar Rizki menjelaskan.
Sejak pertengahan Oktober hingga November, DD Sumsel secara aktif mengkampanyekan tentang perilaku hidup sehat di lingkungan sekolah. “Kita terus mengedukasi CTPS ke beberapa SD/MI di kota Palembang. Sejauh ini ada 15 SD/MI yang melakukan aksi CTPS dan tercatat ada 7.659 siswa yang berpartisipasi mengikuti aksi cuci tangan massal tersebut”. (KJ-04/Wan)