Palembang-Klinik Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa Sumatera Selatan (Sumsel), mempunyai manajer baru, yakni drg. Miko.
Sebelum bergabung bersama Klinik LKC DD Sumsel, dokter gigi lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya ini, punya sederet pengalaman di beberapa tempat layanan kesehatan.
Mulai dari Urkes Polres Ogan Komering Ilir (OKI) 2016-sekarang, Adisa Farma Palembang 2016-2018, pemilik dan sekaligus praktik di Klinik Sabia sejak 2018, dan beberapa klinik lainnya.
Lama malang-melintang di layanan kesehatan, drg. Miko ingin mencoba hal yang baru. Ia ingin pengalaman dan ilmu yang ia miliki, bisa bermanfaat buat kaum dhuafa.
Itulah, salah satu alasan kuat ia ingin bergabung di klinik dengan member dhuafa sampai 4.500 orang ini.
“Sebenarnya, saya sudah beberapa kali ikut dalam Aksi Layanan Kesehatan buat dhuafa di daerah terpencil, itu membuat saya ingin berbuat lebih banyak dengan sesama. Saya ingin berbagi ilmu, pengalaman dan melayani secara profesional lebih banyak lagi dhuafa,” jelasnya.
Masih kata drg. Miko, setelah mulai bertugas menjadi Manajer Klinik LKC DD Sumsel, prioritasnya yakni mensinergikan program dengan layanan kesehatan.
“Klinik LKC DD Sumsel punya keunggulan yang tidak dimiliki klinik lain. Kalau Klinik lain cuma memberikan layanan kesehatan saja, tapi kalau di Klinik LKC, ada program kesehatan,” ucapnya.
Program di LKC itu, sebut saja seperti pos sehat, yang biasanya dipusatkan di daerah yang jauh dari jangkauan layanan kesehatan, Aksi Tanggap Bencana (SigaB), Aksi Layanan Sehat (ALS) ke kantong-kantong mustahik, khitanan massal, operasi massal seperti bibir sumbing dan katarak, pembiayaan pasien berobat rujukan ke rumah sakit, penyuluhan kesehatan, seperti pola hidup sehat, kanker serviks, anemia kecacingan pada anak, Medical Check Up, Bina Rohani Pasien (BRP), pelayanan Ambulance dan mobil jenazah, periksa kehamilan dengan USG, leriksa kesehatan gigi, senam hamil dan lansia.
“Tapi, meski Klinik LKC unggul soal program dari klinik lain. Layanan kesehatan juga tak boleh kalah bersaing dengan klinik lain,” ujarnya.
Untuk pelayanan dhuafa, menerapkan metode tanpa kasir, semua gratis. Hanya Klinik LKC saja yang melakukan hal itu.
Berbeda untuk layanan pasien BPJS ataupun umum. Klinik lain juga melakukan hal itu. Klinik LKC DD Sumsel harus berusaha lebih keras supaya pengguna BPJS ataupun umum, menjadikan Klinik LKC sebagai Faskes pertama.
“Klinik LKC punya sarana dan prasarana yang mendukung, divisi pelayanan kesehatan, dan SDM yang handal, tinggal meyakinkan masyarakat saja,” jelasnya.
Itu semua berkat wakaf, zakat, infak dan sedekah orang-orang dermawan. Telah menjadi tanggungjawabnya bersama SDM lainnya di Klinik LKC untuk memberikan informasi atau laporan pertanggungjawaban kepada donatur. zal