Tak ada yang ingin sakit. Tidak orang dewasa, tidak pula anak-anak. Jika yang dewasa saja tak menghendakinya, apalagi anak-anak. Di tengah tingkah polah mereka yang lucu dan menggemaskan, betapa nyeri hati ini saat wajah polosnya meringis menahan sakit yang diderita. Tubuhnya yang lemah, harus pula menanggung beban sakit. Cita-cita dan harapan orang tua kepada mereka mendadak senyap. Semua seakan berbalik menjadi tahapan ‘bertahan hidup’. Harus ada yang menyalakan semangat kembali.
Hal inilah yang mendasari Dompet Dhuafa (DD) Sumatera Selatan, selaku Lembaga Amil Zakat di Kota Palembang untuk mendirikan semacam rumah singgah bagi anak-anak penderita kanker. Bersama Komunitas Peduli Kanker Anak dan Penyakit Kronis lainnya (KPKAPK), saat ini DD Sumsel tengah menyiapkan sebuah rumah yang nantinya dapat digunakan oleh para pasien kanker anak dan satu orang pendamping, selama masa perawatan.
“Saat ini tengah dikerjakan. Mudah-mudahan awal Februari, sudah selesai dan siap digunakan. Karena rumah yang kita sewa tersebut, kita renovasi dahulu”, ujar Kartini Head of Community Fundraising DD Sumsel.
Menurutnya, rumah yang terletak di kawasan Jl Kebun Jeruk KM 3,5 Palembang tersebut sepenuhnya akan digunakan untuk menampung pasien kanker anak. “Kita siapkan lima kamar tidur. Kita upayakan rumah tersebut benar-benar dapat dimanfaatkan untuk menjadi tempat istirahat sembari mereka menjalani pengobatan, yang biasanya tak hanya satu kali. Dan berlangsung cukup lama”, tutur Kartini.
Rumah yang bertipe 90 tersebut, saat ini tengah dipugar. Tak hanya menambah kamar tapi juga di bagian belakang tengah dibangun atap cor (dak) untuk tempat menjemur pakaian.
Hal senada diamini oleh dr. Dian Puspita Sari selaku penggagas dan ketua komunitas KPKAPK. Menurutnya, hal yang paling menyedihkan bagi dirinya sebagai seorang dokter adalah saat mengobati anak-anak. “Belum apa-apa mereka sudah menangis duluan melihat perawat dan dokter. Apalagi saat mereka harus melewati fase pengobatan medis seperti kemoterapi yang menyakitkan dan berlangsung lama untuk mereka”, ujar satu-satunya dokter spesialis kanker anak di Rumah Sakit Mohammad Hosein (RSMH) Palembang ini.
“Jika ada pasien anak yang sudah dikemoterapi, terus dinyatakan sembuh dan boleh pulang. Namun beberapa tahun kemudian, ternyata kambuh dan balik lagi ke sini. Sudah pasti mereka akan sangat ketakutan trauma melihat obat, jarum suntik dan perawat. Rasanya hati ini sedih banget”, terang dr. Dian.
Oleh karena itu, ia mempunyai ide bagaimana membuat semacam rumah singgah yang dapat menampung mereka selama masa pengobatan. “Saya mencontoh di daerah Jakarta ada beberapa Rumah Singgah yang menampung pasien rawat inap. Sehingga, mereka sejenak bisa lepas dari suasana rumah sakit. Lagi pula, bed (tempat tidur perawatan, red) di sini terbatas. Jika ada keluarga yang menolak pulang karena alasan jauh, itu artinya kita bakal menolak pasien kanker yang baru. Kan kasihan,” tuturnya.
Sebelumnya, ia juga bekerjasama dengan DD Sumsel dan beberapa orang relawan untuk memberikan hiburan kepada mereka. “Home Schooling atau apalah namanya, yang penting mereka bisa tertawa dan bergembira. Saya ajak teman-teman dokter dan relawan”, jelas ibu dari empat orang anak ini. Ia seolah benar-benar memahami bagaimana penderitaan seorang anak penderita kanker yang harus dikemoterapi.
Peruntukan ‘Rumah Sehat Pelangi Hati’
Rumah singgah yang kemudian diberi nama Rumah Sehat Pelangi Hati ini, nantinya akan diperuntukkan untuk menampung anak-anak yang tengah menjalani perawatan. Tak hanya penyakit kanker, namun juga penyakit kronis anak lainnya.
Seperti yang diketahui bersama, pengobatan kanker pasti memerlukan biaya tinggi, namun kanker pada anak dapat disembuhkan apabila dideteksi secara dini dan memperoleh pengobatan dan perawat yang sebaik-baiknya.
“Belum lagi jika kita memikirkan keluarga sang anak yang mendampingi. Bagi mereka yang datang dari daerah tentu, sekeluarga akan mendampingi. Bagaimana jika sang ibu juga punya anak yang masih kecil. Suami sebagai kepala keluarga juga tentunya bertanggung jawab untuk mencari nafkah dan biaya pengobatan”, imbuh Dr. Dian.
Dr Dian juga menerangkan, dengan adanya Rumah Sehat Pelangi Hati ini, paling tidak mereka bisa tinggal untuk sementara waktu. Apalagi jika jarak waktu antar pengobatan tidak lama. Sehingga suami bisa pulang ke daerah asal untuk mencari nafkah, sedangkan ibu atau satu orang keluarga yang lain bisa mendampingi pasien anak tadi.
Sementara itu, Yuliani selaku Penanggung Jawab Program menyrbutkan, di Rumah Sehat Pelangi Hati ini, pasien dan pendamping bebas untuk memanfaatkan fasilitas yang disediakan. “Anggap saja seperti rumah sendiri. Yang terpenting, mereka bisa menikmati dan bisa bertanggung jawab atas keadaan rumah dan sarana yang ada,” terang Ani .
Di sini, para keluarga pasien dapat bercengkerama dan bersosialisasi serta sharing. Dapat pula dimanfaatkan sebagai tempat berisitirahat sementara bagi orang tua atau pendamping bila anaknya sedang rawat inap di rumah sakit. “Dan yang lebih penting, rumah singgah yang memungkinkan anak-anak bermain, bersenda gurau dan belajar,” tutup Ani. (KJ-04)
Seorang pekerja sedang menyelesaikan pembuatan kamar tambahan dari RS Pelangi Hati DD Sumsel
Halaman belakang Rumah Sehat Pelangi Hati yang cukup luas