Palembang-Puasa, teriknya matahari dan jarak yang cukup jauh, bukan halangan bagi dua relawan Dompet Dhuafa Sumsel, Jimmy Porwanto dan Marzuki untuk menyambangi kediaman Muhammad Rozali (9), anak penderita hydrocephalus yang berdomisili di Jalan Darussalam, Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumsel.
Dompet Dhuafa Sumsel yang mendapatkan informasi ada keluarga dhuafa dengan anak yang mengidap hydrocephalus, datang pertama kali untuk menyalurkan paket pangan dan juga melakukan assessment, guna menentukan bantuan berikutnya.
Benar saja, Rozali berasal dari keluarga dhuafa. Sang ayah bekerja sebagai buruh bangunan, yang harus membanting tulang menghidupi ketiga anaknya dan istri tercintanya.
Dalam hidup yang serba keterbatasan, kondisi Rozali terus memburuk. Ukuran kepalanya terus membesar karena tidak ada penanganan medis.
Bocah yang harusnya sudah duduk di kelas IV Sekolah Dasar ini, hanya mampu terbaring. Untuk berbicara pun jauh dari anak normal lainnya. Ia seakan-akan baru berusia 3 tahun dan baru belajar berbicara.
Jarona, Ibu dari Rozali, yang tampak menahan air mata menceritakan, jika anak pertamanya itu, mengalami penyakit hydrocephalus sejak berusia 2 bulan.
Ukuran kepalanya terus membesar. Pada 2011, buah hatinya itu sempat dijadwalkan operasi. Meski operasi itu gratis, tapi, tetap ada biaya untuk membeli selang yang harus ‘ditanamkan’ pada Rozali.
Sementara ia dan bersama suami kala itu tidak punya uang sama sekali untuk membeli selang itu. Dalam situasi sulit itu, musibah lain menimpa keluarganya. Jarona mendadak mengalami lumpuh. Sang suami justru pergi meninggalkan ia dan anaknya Rozali.
Dengan segala keterbatasan dan kemampuan yang ia punya, Jarona terus berjuang untuk sembuh dari lumpuh yang ia alami, guna merawat dan menghidupi buah hatinya. Hingga akhirnya, Rozali berkesempatan mempunyai ayah lagi (Mulyadi) dari pernikahan keduanya.
Mulyadi bekerja sebagai buruh bangunan. Meski pendapatannya tidak besar, tapi dia bersama ketiga anaknya bisa bertahan hidup.
Masih kata Jarona, saat ini kondisi kepala Rozali terus membesar, lebih kurang 30 cm. Kepalanya pun, jauh lebih keras jika dibandingkan saat penyakit ini baru menimpanya 1 tahun.
“Kami tidak tahu lagi harus bagaimana. Kalau kondisinya saat ini sehat, tapi ukuran kepalanya terus membesar,” ujarnya.
Sebelumnya, pemerintah Kabupaten Ogan Ilir sempat membesuk Rozali dan berjanji akan membantu pengobatan, tapi sejauh ini belum ada tindakan.
“Kami tentu berharap dan terus menunggu, karena kami tidak tahu harus kemana lagi,” ujarnya.
Jarona dan Mulyadi, mengucapkan terimakasihnya atas pangan yang mereka terima dari Dompet Dhuafa Sumsel.
“Terima kasih, bantuan ini tentu sangat membantu kami sekeluarga,” ujarnya.
Di tempat berbeda, Manajer Program Dompet Dhuafa Sumsel Rizki Asmuni mengungkapkan, dari hasil assessment tim Dompet Dhuafa Sumsel, Rozali berasal dari keluarga dhuafa.
“Kita bisa bantu ketahanan pangan keluarga atau funding (pendanaan-red). Kita akan segera merespon hal ini, dengan membantu apa yang bisa dilakukan untuk meringankan keluarga atau Rozali,” ucapnya. zal