Rohingya Menanti Kesadaran Manusia di Bumi Untuk Mengakui dan Menerimanya.

 

Save Rohingya

Bantuan Kemanusiaan Untuk Rohingya

Duka dan derita sudah menjadi teman akrab etnis Rohingnya selama puluhan tahun. Masih segar dalam ingatan 4 tahun lalu konflik pecah di Myanmar awal nestapa merenggut ratusan jiwa dan ratusan ribu lainnya mencoba menyelamatkan diri, etnis Rohingya masih tak jelas arah hingga hidup terlunta.

Namun sebulan terakhir derita dan duka itu semakin parah karena kekerasan yang terus meningkat di saat Negara yang mereka huni dipimpin oleh seorang penerima nobel perdamaian.

13 November 2016 lalu, api mebakar rumah-rumah. Sepasukan loreng terlatih meratakan desa. Setidaknya 69 jenazah bergelimpangan, lelaki, perempuan, bahkan anak-anak. Ini bukan bencana alam. Ini pembersihan etnik secara luas dan sistematis.

Situasi pempersihan pun tampak semakin nyata dari pantauan citra satelit yang diunggah oleh Human Rights Watch menunjukkan adanya pembakaran desa-desa tempat etnis Rohingya bermukim. Jumlah daerah yang terbakar semakin luas setiap harinya.

Masyarakat sipil termasuk perempuan dan anak-anak menjadi korban dari aksi tersebut. Rumah-rumah mereka hancur sehingga memaksa mereka berpindah untuk mencari tempat yang lebih aman.

Etnis Rohingya terus mengalami penderitaan bertubi-tubi. Kehadirannya tidak diterima karena latar belakang sejarah yang melekat pada dirinya. Rohingya dianggap hanya imigran ilegal yang bermigrasi dari Bengali ke Myanmar pada masa penjajahan Inggris.

Apakah seseorang pantas dipersekusi hanya karena mereka Rohingya? Anak-anak Rohingya bahkan tidak paham mengapa ada orang dewasa yang membakar rumahnya, membunuh ayahnya, dan memperkosa ibunya. Tidak ada yang bisa memilih terlahir sebagai etnis tertentu. Termasuk Rohingya.

Menjadi Rohingya adalah keputusan Tuhan untuk dirinya. Rohingya, memiliki hak yang sama dengan setiap makhluk yang terlahir di dunia. Karena bumi diciptakan Tuhan bukan hanya untuk segelintir manusia.

Rohingya menanti kesadaran manusia di bumi untuk mengakui dan menerimanya. Rohingya, etnis yang paling teraniaya di bumi, menunggu bantuan kita yang lebih berdaya untuk menyuarakan hak-haknya. Karena mereka keluarga kita.

bagikan ke >>

WhatsApp
Facebook
Twitter