Remaja Harus Tahu Tentang Kesehatan Reproduksi

02 11 -- Launching Kesehatan Reproduksiok

Di era yang serba terbuka dan gadget dalam genggaman, psikologi remaja dalam proses pertumbuhannya menjadi sangat rentan diintervensi. Jika tidak ingin disebut dengan penyimpangan. Utamanya jika berbicara mengenai kesehatan reproduksi.

Kekurangpahaman serta pergaulan yang bablas, seringkali menjadikan para remaja di usia tumbuhnya menjadi korban pelecahan dan kekerasan secara seksual. Perlu ada penanaman pengetahuan lebih awal mengenai hal tersebut.

Bertempat di Aula Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) Kota Palembang, Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa (DD) Sumsel meluncurkan Program Kesehatan Reproduksi bagi para remaja, pada Kamis (11/2/2016) lalu.

Launching program ditandai dengan pengguntingan pita oleh Pimpinan Cabang DD Sumsel Defri Hanas, perwakilan beberapa kepala sekolah dan BKKBN Prov. Sumatera Selatan dan pemberian buku materi kesehatan reproduksi secara simbolis kepada fasilitator program kespro ini.

Dalam sambutannya, Defri Hanas menyampaikan bahwa kita sebagai masyarakat termasuk guru, orang tua dan lembaga seperti Dompet Dhuafa harus berperan aktif dalam perkembangan situasi remaja.

“Ini bisa menjadi salah satu bentuk pencegahan terhadap penyimpangan pergaulan dan seksual yang berpotensi tinggi pada remaja. Seperti topik hangat mengenai LGBT yang akhir-akhir ini mencuat ke permukaan,” tukas Defri.

Selain launching,dalam kegiatan tersebut juga diadakan seminar kesehatan. Salah satu narasumbernya adalah H. Dharma Wijaya selaku Plt. Kabid KS/PK BKKBN Sumsel.

Dalam pemaparannya, Ia menyoroti masalah Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), yakni semacam upaya untuk meningkatkan usia pada perkawinan pertama, sehinga mencapai usia ideal pada saat perkawinan.

“Perlu diketahui oleh adik-adik, PUP bukan sekedar menunda sampai usia tertentu saja baru menikah. Tetapi mengusahakan agar kehamilan pertama pun terjadi pada usia yang cukup dewasa,” terang Dharma.

Menurutnya, usia ideal menikah minimal bagi perempuan adalah pada umur 20 tahun sedangkan bagi laki-laki umur 25 tahun. “Jika usia perempuan lebih muda dari itu rahim cenderung rentan karena belum kuat, jika lebih dari usia 35 tahun kondisi rahim sudah tidak bagus”.

Ia juga menyampaikan tentang pentingnya tujuan dari PUP itu sendiri. “Yang pertama untuk meningkatkan kualitas keturunan. Kedua, penurunan kematian ibu dan anak serta aktualisasi diri ibu-ibu”, imbuhnya di hadapan peserta yang berasal dari beragam sekolah.

Data dari Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 usia perkawinan pertama itu ada di angka 19,8 tahun. Sementara untuk periode tahun 2002-2003, menurun menjadi 19,2 tahun.

“Artinya, separuh dari pasangan usia subur di Indonesia menikah di bawah usia 20 tahun,” jelas Dharma.

Di akhir pemaparan, ia mengingatkan kepada peserta terutama bagi perempuan dalam hal kesehatan reproduksinya, “Jangan terlalu muda, jangan terlalu tua, jangan terlalu rapat rentang usia antar anak dan jangan terlalu jarang rentang usia antar anak,” sampainya.

Program Jangka Panjang

Dalam kesempatan yang sama, Rizki Asmuni selaku Manager Divisi Kesehatan DD Sumsel, mengatakan Program Kesehatan Reproduksi ini adalah sebagai bagian awal dari agenda program kesehatan dalam mengelola kesehatan reproduksi yang menyasar para remaja.

“Kita menyasar remaja karena dalam rentang waktu inilah mereka sedang mencari jati diri dan peningkatan rasa ingin tahu yang tinggi. Ditambah lagi, tingkat pergaulan mereka juga yang mulai meluas”, ujar Rizki.

Beberapa sekolah yang sudah bekerjasama dalam program ini diantaranya, MA Muhammadiyah 1, SMA Muhammadiyah 2, SMA Azhariyah, SMA Daarul Aitam, SMA Nahdhatul Ulama dan segera menyusul sekolah lainnya.

“Kegiatan perdana kita hari ini dengan menghadirkan siswa secara langsung kepada target tujuannya untuk memberikan informasi awal terkait kesehatan reproduksi remaja. Untuk selanjutnya agenda pekanan akan dilakukan di sekolah masing-masing dengan jadwal beragam,” sambung Ismail Jabarti (22) salah seorang fasilitator program kesehatan reproduksi yang turut hadir pada acara hari itu.

“Ada sekolah yang diagendakan setiap hari Sabtu, ada yang menyesuaikan dengan jadwal di sekolah, tutur Ismail, salah satu fasilitator program kesehatan reproduksi”, ucapnya.

Ia menyampaikan bahwa, para remaja harus tahu tentang kesehatan reproduksi ini. “Idealnya, informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi ini harus dipelajari sekitar usia 15 sampai 17 tahun. Karena pada masa itu merupakan masa puncak mencari jati diri. Sangat penting sehingga dapat mengerti organ reprodukai dan menjaganya dan terhindar dari hal-hal yang menyimpang. Sekarang banyak penyimpangan seksual terutama anak remaja”, tutup Ismail. (KJ-04/*)

bagikan ke >>

WhatsApp
Facebook
Twitter