Jakabaring, LKC DD Sumsel — Apa yang kita irasakan ketika mendengar kata kanker? Takut? Cemas? Harapan hidup sangat kecil? Begitulah umumnya yang dirasakan oleh masyarakat umum tentang keberadaan penyakit kanker ini. Bahkan, muncul mitos yang berkembang, jika ada orang yang terkena kanker, pasti mati!
Demikian, data pembuka yang disampaikan oleh dr. Irawan Sastradinata, Sp. OG(K) dokter ahli spesialis kanker dari Rumah Sakit Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang, dalam kegiatan Talkshow Kesehatan Perempuan, Sabtu (21/3/2015) bertemat di Atrium OPI Mal Jakabaring Palembang..
“Apalagi statistik yang sering saya amati, dari sepuluh orang penderita kanker yang datang ke rumah sakit. Lima sembuh, limanya lagi meninggal. Kenapa? Karena, 70% yang datang ke rumah sakit, berada dalam kondisi stadium lanjut. Sudah susah diobati”, ulasnya. Kanker akan lebih mudah ditangani, jika masih berada di stadium awal.
Selain dr. Irawan, dalam panggung yang sama dihadirkan pula dr. Lili Supriati dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dan Erlina mantan penderita kanker serviks yang kini sudah sembuh. Talkshow itu sendiri dipandu oleh dr. Yulia Anggraini.
Menurut M. Rizki Asmuni Plt. Manager Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa (DD) Sumatera Selatan, kegiatan talkshow tersebut dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Wanita Sedunia yang jatuh pada tanggal 8 Maret setiap tahunnya dan juga sekaligus bagian dari roadshow Milad ke-2 tahun LKC DD Sumsel.
Tema yang diangkat dalam talkshow tersebut adalah Save Indonesian Woman from Cervical Cancer for The Best Future. Kurang lebih seratus orang hadirin, didominasi oleh para mahasiswa di bidang kesehatan, hadir memenuhi kursi yang disediakan oleh panitia.
Kanker serviks merupakan kanker yang menyerang kaum perempuan, utamanya bagi mereka yang telah menikah, atau pernah melakukan hubungan seksual. Tanda-tanda kanker serviks ini secara umum, terjadi keputihan yang tidak normal. Kental, banyak, berbau tidak sedap, serta timbul rasa gatal dan panas di vagina.
Gejala yang lain, rasa sakit di daerah kewanitaan, paha, persendian panggul saat menstruasi, saat buang air besar maupun saat berhubungan. Sering keluar darah dari vagina, nafsu makan turun, bengkak di kaki dan mudah lelah.
“Saat ini sudah ada tes yang dapat dilakukan sejak dini untuk mengetahui, apakah seseorang terkena kanker serviks (leher rahim, red) atau tidak. Yang pertama tes PAP SMEAR dan yang kedua melalui tes IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)”, sampai dr. Lili Supriati.
Menurutnya kedua tes tersebut sudah bisa dilakukan di unit kesehatan Puskesmas secara gratis karena sudah dijamin oleh pemerintah melalui program Jamkesmas, Jamkesos ataupun BPJS. “Saya sangat menganjurkan buat ibu-ibu untuk memeriksakan diri. Karena pemeriksaannya gratis, mudah dan cepat. Jika hasil tes positif, maka dapat segera dilakukan tindakan pengobatan sejak dini”, lanjutnya.
Pengalaman tentang tes ini, juga dirasakan manfaatnya secara langsung oleh Erlina (42), seorang ibu rumah tangga dengan tiga orang anak.
“Saya diajak oleh teman untuk memeriksakan diri ke Puskesmas menggunakan tes IVA ini. Ditemukan benjolan. Saya diberi obat dan pulang. Bulan depannya saat kembali memeriksakan diri, masih ditemukan benjolan yang sama”, ceritanya.
Namun karena merasa sehat ia tidak terlalu cemas dan pulang. “Nah, saat sesudah bercampur dengan suami, dari bawah keluar darah. Saya kaget dan malu. Waktu itu saya belum cerita ke suami. Pada kesempatan bercampur kedua dan ketiga, lagi-lagi keluar darah dan suami saya melihat. Ia bertanya, ‘Apa Ibu lagi haidh?’ Saya jawab tidak”.
Karena penasaran, inisiatif sendiri ia pergi ke RSMH dan memeriksakan diri. Hasil pemeriksaan, menunjukkan ia positif terkena kanker serviks steam-1B. Saat itu Erlina kaget setengah mati dan menangis sejadi-jadinya.
“Rasanya mau mati saja. Semangat Hidup rasanysa sudah tidak ada lagi”, ujar ibu tiga anak ini.
Namun, karena tekadnya sudah kuat ia terus maju. Apalagi ia mendapat nasihat dokter, bahwa penyakitnya masih dalam stadium awal, sehingga masih bisa diobati dengan cara kemoterapi. Dalam masa pengobatan, penyakit kankernya naik ke steam-2B. Sehingga pengobatan kemoterapi dilakukan secara lebih detil.
“Untunglah memang, penyakit saya dapat diketahui sejak awal sehingga masih punya kesempatan sembuh yang besar. Dan alhamdulillah, karena teratur kemoterapi dan mematuhi petunjuk dokter, sekarang saya sudah sembuh. Tes terakhir sudah tidak ditemukan lagi sel kanker”, ungkapnya berbinar. Ia sangat menganjurkan ibu-ibu untuk segera memeriksakan diri. (KJ-04)