Penetrasi sosial media dalam kehidupan masyarakat Indonesia telah berlangsung sedemikian masifnya. Bahkan, saat ini Indonesia menjadi negara terbesar keempat pengguna Facebook di dunia dan negara paling ceriwis – diwakili oleh Kota Jakarta, untuk jejaring sosial Twitter.
Fakta unik tersebut disampaikan oleh Haryanto ‘Kurusetra’ dalam kesempatan sesi pelatihan jurnalistik yang berlangsung di Dompet Dhuafa (DD) Sumsel pada Jumat (8/5/2015) lalu.
“Banyak sekali manfaat yang dapat kita dapatkan, jika kita mampu mengambil peran sosial media ini. Terutama dalam hal mengedukasi masyarakat mengenai zakat”, ujar Haryanto.
Pemegang akun @sriwijaisme ini menuturkan, dengan masuk ke ranah sosial media, dapat dipastikan akan semakin meluaskan kesempatan untuk berdakwah di bidang sosial dan dakwah.
“Saya lihat, follower akun @DDSumsel itu orangnya hebat-hebat. Tidak sembarangan. Ini bisa menjadi potensi untuk lebih meluaskan jangkauan dan peran DD Sumsel. Banyak hal yang dapat dilakukan kepada para follower ini”, ujarnya.
Misalkan dengan follower A yang latar belakangnya pendidik, bisa dibuatkan sebentuk program yang mumpuni untuk dikerjakan bersama. Atau follower B yang punya usaha rumah makan, bisa sinergi membuat program-program produktif yang bermanfaat untuk mustahik.
“Jangan salah ya, kita ini terkenal dengan bangsa yang emosional. Lebih lagi dengan kehadiran sosial media macam Facebook, Twitter dan Path. Ada lomba pencarian bakat, yang menang si A. Mengapa? Karena penonton terharu dengan bapaknya yang tukang becak. Atau prihatin dengan kasus macam Prita Mulyasari yang melahirkan gerakan masif Koin Prita.
Lalu ada macam-macam gerakan Cicak vs Buaya (Polri vs KPK), Kami Tidak Takut (Kontra terorisme) dan sebagainya. Yang terakhir, bagaimana efek viral jejaring sosial ditunjukkan, saat seorang supir taksi berhasil mewujudkan merayakan makan di KFC secara gratis dan mengundang kawan-kawan anaknya setelah foto yang menunjukkan ia menempelkan foto anaknya di dashboard taksi yang dikemudikannya, menyebar luas”, terang Haryanto.
Dengan semua kelebihan media sosial tersebut, akan menjadi senjata yang ampuh bagi banyak lembaga termasuk DD Sumsel untuk lebih meningkatkan edukasi di tengah masyarakat.
“Mulai saja dengan membuat hashtag yang unik untuk even dan waktu tertentu. Dengan demikian akan mudah melekat ke dalam benak para follower dan mengedukasinya untuk menjadi donatur sekaligus ikut mendakwahkan zakat ini”, urai jurnalis yang bekerja untuk Tribun Sumsel ini. (KJ-04)