Palembang-Wabah virus corona (Covid-19) yang menyerang beberapa Negara, termasuk Indonesia, menimbulkan ketakutan bagi seluruh Warga Negara Indonesia (WNI). Tak heran jika virus mematikan ini menyedot perhatian masyarakat, begitupun di Sumatera Selatan.
Namun, masyarakat lupa, jika ada ancaman kesehatan lain yang sudah menjadi masalah klasik setiap tahunnya, yakni demam berdarah (DBD). Masa transisi dari musim penghujan ke musim kemarau, selalu ditandai dengan penderita DBD yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegypti terus bertambah.
Dalam kurun Januari-Februari, secara mengejutkan penderita demam berdarah di Sumatera Selatan ternyata mencapai 1.400 orang. Mirisnya lagi, tiga orang tidak berhasil di selamatkan atau meninggal dunia akibat demam berdarah.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinas Kesehatan Sumsel Mulyono menyebut, ketiga penderita yang meninggal berasal dari Muara Enim, Musi Rawas Utara, dan Banyuasin.
“Pada Januari dan Februari, ada tiga pasien DBD yang meninggal dunia,” ungkapnya.
Dari data yang masuk, penderita DBD mengalami peningkatan. Sebut saja seperti Januari, mereka yang mengalami DBD sebanyak 575 orang. Sementra pada Februari, meningkat drastis menjadi 819 kasus.
“Sementara untuk bulan Maret data belum masuk,” ucapnya.
Selama bulan Januari dan Februari itu, penderita DBD terbanyak berada di Musi Banyuasin (128 orang), Palembang (122 orang), dan Muara Enim (111 orang).
Butuh tindakan dari pemerintah setempat untuk mencegah merebaknya penyakit itu. Masyarakat pun terus disosialisasikan untuk menjaga pola hidup bersih dan sehat agar terhindar dari penyakit itu. Kampanye 3 M (menguras, menutup, dan mengubur) terus digalakkan sehingga menjadi kebiasaan bagi masyarakat, bukan ketika musim DBD saja.
“Perlu juga pemberian bantuan insektisidan dan larvasida ke setiap pendidikan untuk mencegah lebih banyak lagi mereka yang mengalami DBD,” katanya. zal