Selama tiga hari, Dompet Dhuafa Sumsel melakukan pembekalan kepada para calon konselor sebaya (peer counselor) yang ada di bawah Program Kesehatan Remaja (Kespro) Layananan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Palembang. Kegiatan tersebut dilakukan di Aula Dinas Pendidikan dan Olahraga (Disdikpora) Kota Palembang dan bekerjasama dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sumatera Selatan, (1-3/03/2016).
Di hari kedua (2/3/2016), perwakilan SMA yang ikut pembekalan tersebut adalah dari dua sekolah yakni, SMA Azharyah dan SMA Darul Aytam.Dan fokus materi yang disampaikan adalah tentang kesehatan reproduksi remaja, seperti dampak pernikahan dini dan penyakit menular seksual.
Dalam pembekalan hari itu, para peserta diminta untuk melakukan prakter dan simulasi atas materi yang sudah disampaikan.
Seperti yang tampak pada pada satu kelompok, mereka diminta untuk membuat media komunikasi dan edukasi tentang kesehatan reproduksi remaja. Dalam praktek tersebut siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk penugasan pembuatan bahan edukasi dengan bahan yang disediakan oleh tim kesehatan.
Salah seorang Fasilitator Program Kesehatan Reproduksi (Kespro) Wulandari mengungkapkan tujuan dari kegiatan.
“Praktek pembuatan media edukasi ini kami targetkan agar siswa dapat segera mempraktekkan materi yang didapatkan sebelumnya. Sambil juga menjadi media untuk menampung kreatifitas dan keterampilan siswa dalam menyampaikan pesan-pesan edukasi kesehatan,” sampai Wulandari.
Kreativitas para peserta sangat menonjol pada saat kegiatan. Seperti yang dilakukan oleh kelompok yang berasal dari SMA Azharyah. Mereka membuat poster mengenai “Pernikahan Dini, Pengaruh Fisik dan Psikisnya”. Dengan bermodal kertas warna warni, spidol dan karton besar sebagai medianya, kelompok yang beranggotakan 4 orang ini dengan sigap dan terampil mengreasikan ide-idenya sehingga berwujud poster edukasi.
Sementara itu, kelompok dari SMA Darul Aytam menampilkan karya edukasi mengenai “Penyakit Menular Seksual”. Dengan padanan warna dan tulisan spidol warna warni, jadilah satu lembar media edukasi hasil kreasi mereka seukuran karton. Hasil karya mereka pun diminta untuk dipajang di majalah dinding masing-masing sekolah.
Sementara itu, materi tentang konseling sebaya juga semakin sempurna dengan adanya simulasi dari perwakilan BKKBN Sumsel, Kholifaturahman dan Widya Iswara yang langsung memberikan pengarahan, sebelum simulasinya yang diperagakan oleh perwakilan siswa.
Dalam simulasi tersebut, seorang siswa mendatangi konselor sebaya dengan permasalahan pergaulan bebas yang dilakoninya. Secara teratur, konselor sebaya tersebut menyampaikan beberapa pertanyaan dengan dipandu oleh pemateri dari BKKBN. Jadilah simulasi menarik dengan beberapa solusi yang ditawarkan oleh konselor.
Dalam arahannya pemateri menjelaskan kunci menjadi konselor sebaya yang sukses. “Salah satu kuncinya adalah harus dapat menjadi pendengar aktif. Di samping itu juga dibutuhkan partisipasi sebagai bentuk keseriusan dalam menjadi konselor”, tambahnya.
Kepada para peserta pelatihan diperkenalkan pula adanya proses 4K guna menunjang keberhasilan proses konseling.
“Pertama, Kondisi. Ini adalah proses melihat kondisi objek konseling mengenai permasalahan yang dihadapi sampai pada kesimpulan permasalahan intinya. Kedua, Kemungkinan. Ialah bentuk tawaran kemungkinan yang kemudian dapat diambil oleh objek konseling sebagai respon jawaban atas permasalahannya, seperti permasalahan kondisi siswa yang terlanjur sudah bergaul secara bebas dengan lawan jenisnya, sehingga kemungkinan yang dapat ditawarkan adalah, seperti pindah sekolah, memutus pergaulan tersebut atau mencari lingkungan pergaulan yang lebih baik dari sebelumya”.
Sedangkan proses ketiga adalah Konsekuensi. Konsekuensi ini menyangkut kemungkinan yang akan diambil dari beberapa tawaran yang tersedia. Dan proses yang terakhir adalah Keputusan. Hal ini sebagai muara dari tiga tahapan sebelumnya, sehingga hasil yang diambil secara tepat dengan penuh pertimbangan. (Wan/KJ-04)