Palembang-Pusat Belajar Anti Korupsi (PBAK) Dompet Dhuafa Pusat menggelar Workshop Philantegrity, di Hotel Maxone, Jumat (27/9/2019).
Workshop dibuka langsung Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Sumsel Kusworo Nursidik, Lc. Dilanjutkan, pembekalan mengenai fraud (kecurangan/penipuan) yang disampaikan Direktur Eksekutif PBAK Dompet Dhuafa Pusat Mohammad Ridwan Affan, kepada karyawan, staf, dan relawan Dompet Dhuafa Sumsel.
Ridwan menyebut, jika setiap instansi, lembaga atau organisasi selalu punya potensi melakukan kecurangan atau penipuan.
Tak terkecuali Dompet Dhuafa, potensi itu tetap saja ada. Penting, bagi karyawan/staf untuk mengenali apa saja kecurangan atau penipuan yang mungkin bisa saja terjadi, baik disengaja atau tidak saat mereka bekerja.
“Semua bidang dalam Dompet Dhuafa harus pahami ini, karena semua punya potensi melakukan fraud atau kecurangan. Terutama keuangan, yang punya potensi paling besar dalam melakukan fraud,” ungkapnya.
Jika fraud terjadi, maka akan banyak kebohongan mengikuti kecurangan ini. Laporan keuangan internal menjadi tidak benar, laporan ke investor berbeda, begitupun ke bagian pajak juga tidak sesuai dengan fakta.
Jika sudah ada fraud, pastinya memberikan akibat buruk, masyarakat kehilangan kepercayaan pada instansi, lembaga atau organisasi itu.
“Jika terjadi pada Dompet Dhuafa, donatur atau masyarakat pasti tidak mau lagi berzakat, infak atau sedekah lewat Dompet Dhuafa,” ucapnya.
Masih kata Ridwan, salah satu jenis dari fraud adalah korupsi. Korupsi diartikan seseorang yang menyalahgunakan jabatannya untuk memperkaya diri sendiri. Korupsi menjadi ‘virus’ yang sangat sulit dibasmi.
“Karena itulah, korupsi dianggap sebagai kejahatan luar biasa, karena memberikan dampak sangat besar yakni kerugian negara dan menyebabkan kemiskinan,” ucapnya.
Begitupun dengan suap dan gratifikasi, juga menjadi musuh bersama. Untuk dapat menangkal ini, terlebih dahulu paham arti dari keduanya.
“Kita perlu paham apa itu suap. Kalau ada yang memberikan uang, barang atau bentuk lain, dengan maksud penerima bersikap sesuai keinginan pemberi, maka itu masuk suap. Tapi kalau gratifikasi beda lagi,” ucapnya.
Gratifikasi, memberikan uang, barang, hadiah, atau barang lain secara cuma-cuma, tapi tujuannya sebagai tanam jasa.
“Jadi tidak ada transaksi atau keinginan pemberi diawal. Apapun itu, kita harus mampu menolaknya,” jelasnya.
Sementara itu Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Sumsel Kusworo Nursidik, Lc menambahkan, integritas di dalam tubuh Dompet Dhuafa sangat penting. Karyawan, staf, relawan harus dapat menjaga amanah yang mereka terima.
“Kelembagaan memang ada kontrol, tapi lebih baik kalau pengawasan itu dari diri sendiri,” kata ustadz Kusworo.
Jika setiap karyawan, staf atau relawan punya integritas yang baik, mampu menjaga amanah, maka kecurangan tidak akan terjadi.
“Kalau kita tidak punya integritas, maka dosa kita bisa lebih besar dari mereka yang korupsi. Karena kita berarti mengkhianati ibadah mereka yang memberikan zakat, infak dan sedekah lewat kita,” jelasnya.
Ustadz mengajak karyawan, staf dan relawannya untuk menimbah ilmu dan membentengi diri, lewat workshop yang digelar DD Pusat, untuk kemudian diimplimentasikan dalam tugas yang diemban. (Zal)