Nestapa Rohingya

Arba Khatun, 50 [Katie Arnold/Al Jazeera]

Arba Khatun, 50 [Katie Arnold/Al Jazeera]

Selama beberapa generasi, Muslim Rohingya merasa Myanmar sebagai rumah mereka sendiri. Kini, dengan upaya yang sistemik, mereka tengah “dihapus” dari peta negara yang pernah dipimpin Junta Militer selama beberapa dekade ini.

Dengan dalih membalas serangan kelompok teror Rohingya, Agustus lalu aparat keamanan yang didukung massa melakukan persekusi dan membakar perkampungan Muslim Rohingya di sejumlah distrik. Akibatnya, tak kurang dari 417 ribu orang melarikan diri ke negara tetangga, Bangladesh. Di sana mereka bergabung dengan puluhan ribu orang lainnya yang telah melarikan diri selama setahun terakhir.

Hingga kini, kondisi mereka masih sangat memprihatinkan. Menempati kamp pengungsian yang tak layak, kekurangan makanan dan pakaian. Mereka hanya mengandalkan bantuan kemanusiaan dari pihak lain.

“Ini adalah krisis terburuk dalam sejarah Rohingya,” kata Chris Lewa, pendiri Arakan Project, seperti dilansir AP, Selasa 19 September lalu. Lewa mengutip pergerakan jumlah pengungsi yang begitu cepat.

“Pasukan keamanan membakar desa satu demi satu, dengan cara yang sangat sistematis. Dan itu masih berlangsung,” tambah Lewa. Arakan Project adalah lembaga yang fokus membantu kelompok minoritas di Myanmar dan sekitarnya.

Dengan menggunakan jaringan pemantau, Lewa dan agensinya meneliti dan mendokumentasikan desa-desa yang terbakar sebagian atau seluruhnya di tiga distrik di negara bagian Rakhine Utara. Di daerah ini, 1,1 juta jiwa Rohingya pernah tinggal.

Lewa menyebut pekerjaan yang dilakukan bersama rekan-rekannya tidak mudah. Ada ratusan informasi yang harus diverifikasi. Lebih dari itu, tentara juga telah memblokir wilayah tersebut. Citra satelit yang dirilis oleh Amnesty International dan Human Rights Watch, sangat terbatas karena tertutup asap tebal. Citra satelit itu hanya menunjukkan petak-petak lansekap yang besar.

Dompet Dhuafa terus mengajak masyarakat Indonesia untuk bersimpati dan membantu ringankan beban saudara kita di Myanmar melalui rekening DD Sumsel:

Mandiri 113000.765.3474
an. Yayasan Dompet Dhuafa Republika

#Tambahkan angka 10 di donasi Anda, contoh Rp. 100.010,-

Donasi online: www.ddsumsel.org/donasi

Informari dan Konfirmasi:
Telp: 0711 814 234
WA : 0811 7811 440

Rohingya menanti kesadaran manusia di bumi untuk mengakui dan menerimanya. Rohingya, etnis yang paling teraniaya di bumi, menunggu bantuan kita yang lebih berdaya untuk menyuarakan hak-haknya. Mari bersimpati dan membantu ringankan beban mereka, karena mereka keluarga kita. We Stand For Rohingya!

Sumber: kbknews.id

bagikan ke >>

WhatsApp
Facebook
Twitter