Pola hidup yang kurang sehat didukung oleh lingkungan tempat tinggal yang padat, kumuh, dan dekat dengan tumpukan sampah. Tidak hanya membuat pemandangan kurang menarik, tapi juga bau dari tumpukan sampah yang begitu menyengat.
Paling tidak pemandangan ini terlihat di Seberang Ulu I. Jenis tanah di daerah Palembang adalah rawa, sehingga bila masyarakat belum bisa membuat rumah permanen dengan ditimbun terlebih dahulu, maka mereka membuat rumah panggung untuk menyesuaikan dengan ketinggian air yang naik ketika hujan tiba.
Sebenarnya tidak ada salahnya membuat rumah panggung di atas tanah rawa yang berair cukup dalam. Namun, di beberapa tempat, selain air rawa yang tidak mengalir atau menggenang di sana, masyarakat sekitar rata-rata membuang sampah sembarangan langsung ke bawah rumah. Bahkan limbah usaha pengupasan bawang merah dalam jumlah banyak.
Kebiasaan buruk
Ketika musim panas, limbah dan sampah aromanya tercium busuk. Saat musim hujan, sampahnya ikut meluap, membuat banyak efek negatif bagi kesehatan warga seperti penyakit kulit, diare, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), maupun penyakit saluran pencernaan lain, hingga penyakit yang disebabkan oleh nyamuk yang hidup subur dibawah rumah mereka masing-masing.
Musim hujan saat ini, Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC) bekerja sama dengan Dewan Masjid Indonesia (DMI) gencar melakukan fogging (menyemprot nyamuk memakai metode pengasapan dengan insektisida) di beberapa titik rawan Demam Berdarah di Palembang. Lokasi fogging pertama di Kelurahan 24 Ilir, seputaran Kantor PLN Wilayah S2JB, Minggu (13/11). (*) KARTINI EKA SARI, Staf Layanan Kesehatan Cuma-cuma
—-
Foto : Doc. DSIM 2011