Milad 22 tahun Dompet Dhuafa : Tumbuh Bersama

Ambil Berkahnya (12)

Bermula dari secarik kolom kecil di koran Republika. Itulah awal dari proses lembaga amil zakat Dompet Dhuafa yang kemudian meraksasa. Namun jika ditarik ke belakang lagi, semuanya bermula dari aksi keprihatinan mahasiswa yang mengumpulkan dana dari uang bulanan mereka hanya untuk ‘menggaji’ para dai dari Corp Dakwah Pedesaan di daerah Gunung Kidul Yogyakarta.

Hanya Rp 6 ribu saja, yang bisa dikumpulkan oleh mahasiswa. Apalah arti uang sebesar itu untuk bertahan hidup selama satu bulan?

Parni Hadi pimpinan Republika yang hadir di tempat itu, tercekat dan merasa tercekik prihatin. “Saya malu, mohon maaf, sepulang dari Yogyakarta ini saya akan membuat sesuatu untuk membantu teman-teman,” ujarnya saat itu.

Maka, demi mewujudkan aksi keprihatinan nan mulia itu, maka dibuatlah kolom kecil bertajuk “Dompet Dhuafa” di surat Republika yang masih berumur jagung saat itu. 2 Juli 1993, tanggal bersejarah mula pertama dinaikkannya kolom “Dompet Dhuafa” – yang kemudian disepakati sebagai hari kelahiran Dompet Dhuafa di kemudian hari.

Siapa nyana, kolom kecil tersebut yang ditujukan untuk mengundang pembaca turut serta pada gerakan peduli, mendapatkan sambutan yang luar biasa. Hal ini ditandai dengan adanya kemajuan yang signifikan dari pengumpulan dana masyarakat. Dan kemudian langkah mungil itu kemudian meraksasa hingga menjangkau seluruh provinsi di tanah air dan tak kurang dari 18 perwakilan di luar negeri.

Dompet Dhuafa Sumsel
Sekali lagi, sejarah berulang walau tak sama persis. Kehadiran cabang kerjasama DD Sumsel di Palembang mempunyai cerita sendiri. Bermula dari aksi kepedulian sekelompok kecil mahasiswa di Palembang, yang diinisiasi oleh aksi penggalangan dana atas terjadinya bencana alam waktu itu.

Didirikanlah semacam lembaga pengumpul dan pengelola zakat, Dompet Sosial Insan Mulia (DSIM). Bermula dari sepetak ruangan kecil di salah satu masjid, lalu berdirilah secara resmi Lembaga Amil Zakat Daerah (Lazda) DSIM, ditandai dengan keluarnya SK No. 586/KPTS/V/2002 tanggal 23 Desember 2002, dari Gubernur Sumatera Selatan.

Dan proses metamorfosis itu terus berlangsung. Lazda DSIM yang menginginkan peningkatan pemahaman dan skill di bidang zakat dan kemanusiaan lalu menggabungkan diri ke Dompet Dhuafa Republika sebagai jejaring DD untuk wilayah Sumsel pada Juli 2004.

Kemudian di awal tahun 2013 atau tepatnya pada 18 Januari 2013, Yayasan DSIM dan Dompet Dhuafa menjalin nota kesepahaman untuk mendirikan lembaga Dompet Dhuafa Sumatera Selatan sebagai bentuk cabang kerjasama.

Sinergi Program untuk Kepedulian Bersama

Maka kisah-kisah kepedulian lalu berlanjut dalam kreasi program-program karitatif dan pemberdayaan. Kerjasama DD Sumsel dengan DSIM berjalan seirama dengan kebutuhan di lapangan. Sebutlah program Lembaga Pertanian Sehat (LPS) di Jalur 18 Banyuasin, Tebar Hewan Kurban yang menjangkau Kabupaten/Kota du Sumsel ditambah Provinsi Bangka-Belitung, Program Kain Ihram, Program Air, Beastudi, Layanan Kesehatan Cuma-Cuma dan lainnya.

Setelah berganti nama menjadi DD Sumsel pada 2013, maka program-program yang selama ini telah dijalankan menjadi lebih berkilau. LKC yang sebelumnya sebatas klinik kecil lantas berubah menjadi klinik yang menempati ruko tiga lantai. Dengan fasilitas kesehatan yang dimiliki pun beragam, mulai dari pelayanan kesehatan dasar, poli gigi sampai menjadi mitra pemerintah kota Palembang dalam penanggulangan TBC, ditandai dengan diresmikannya TB Center LKC DD Sumsel.

Belum lagi dengan program Desa Insan Mandiri, Yatim Kreatif Indonesia, Rumah Sehat Pelita Hati dan sebagainya. Semua, terus berkembang. Tumbuh untuk memberikan manfaat kepada banyak pihak.

Dari segi edukasi dan penghimpunan zakat pun, terjadi peningkatan cukup signifikan. Kepercayaan masyarakat terus bertumbuh. Tercatat, penghimpunan dalam tiga tahun terakhir berhasil membukukan penghimpunan sebesar Rp.1,5 miliar pada tahun 2012, lalu meningkat hampir 100% pada angka Rp2,9 miliar (2013) dan Rp.3,6 miliar (2014). Sementara untuk tahun 2015 ini, DD Sumsel menargetkan penghimpunan sebesar Rp4,9 miliar. Semoga tercapai, amin!

Defri Hanas Pimpinan Cabang DD Sumsel mengungkapkan rasa syukurnya, karena hari ini DD Sumsel masih menjadi salah satu LAZ terbesar di Sumsel. “Alhamdulillah, capaian penghimpunan dan program yang dihadirkan DD Sumsel cukup signifikan. Penghimpunan tahun 2014, 3,6 miliar setara dengan lebih dari 14 ribu penerima mamfaat dengan berbagai program yang dihasilkan. Tahun 2015 dompet dhuafa sumsel menargetkan 4,9 miliar. Data terakhir, per juni 2015 sudah membukukan Rp.1,4 milyar”: ujarnya.

Ia berharap, peningkatan penghimpunan tersebut juga diimbangi dengan peningkatan penerima manfaat hingga minimal 20 ribu orang. “Artinya DD Sumsel selalu ingin berkembang, baik dari jumlah penghimpunan yang seiring dengan penambahan jumlah penerima mamfaat”.

Dari sisi jumlah donatur, terjadi peningkatan sebesar 300% jika dibandingkan dari periode 2012 (1.000 donatur) menjadi lebih dari 4.000 donatur, per Juni 2015.

DD Sumsel terus berkhidmat kepada kemanusiaan dan terus berupaya mengedukasi masyarakat mengenai zakat, infak dan sedekah. Potensi zakat memang besar. Capaian riil DD Sumsel masih belum 1/4 dari potensi tersebut, yang disebut-sebut mencapai angka Rp1,7 triliun.

Selain itu, kehadiran DD Sumsel di usia 2,5 tahun di Sumsel, dan 13 tahun bagi Dompet Dhuafa sejak tahun 2002 (jika dirunut melalui kerjasama bersama DSIM, red) bisa menjadi solusi bagi berbagai kelemahan dan masalah sosial ekonomi di tengah masyarakat.

“Ketika kelemahan itu terjadi dan pemerintah tidak hadir, maka Dompet Dhuafa Sumsel mengisinya menggantikan peran pemerintah. Pada saatnya pemerintah bisa hadir, swasta dan pengusaha pun turut serta, maka Dompet Dhuafa Sumsel akan menjadi partner yang baik demi mewujudkan masyarakat yang lebih sejahtera”, imbuh Defri.

Ia juga berharap, semua stakeholer, pengusaha dan masyarakat umum lainnya, bisa bergabung dan bergandengan tangan dengan dompet dhuafa sumsel untuk menghapuskan kemiskinan di masyarakat. “Miskin ilmu, miskin sehat, miskin ekonomi bahkan miskin iman. Maka saya mengingatkan Lembaga Amil Zakat bukan hanya bertugas mengumpulkan zakat dan menyalurkannya, tapi juga wajib mendampingi penerima mamfaat sehingga para dhuafa kita bisa merubah hidupnya menjadi lebih mandiri dan produktif”. (KJ-04)

bagikan ke >>

WhatsApp
Facebook
Twitter