Merajut Mimpi, Meretas Asa*)

“Mimpi…adalah kunci, untuk kita menaklukkan dunia” ini adalah penggalan lirik lagu soundtrack film Laskar Pelangi yang diciptakan oleh grup band Nidji. Sebuah novel  yang sangat menginspirasi, dan ketika difilmkan pun masih tetap bisa menggugah semangat yang mengharu biru. Mengisahkan tentang 10 orang siswa dhuafa desa Gantong, Belitong yang bersekolah di SD Muhammadiyah, hanya dengan 2 guru pada mulanya sampai tinggal 1 guru, tetapi mereka tetap semangat belajar demi meraih cita-cita menuju masa depan yang lebih baik.

Smart Ekselensia Indonesia (Smart EI), sekolah akselerasi, berasrama, dan gratis yang dibuat oleh lembaga amil zakat nasional  Dompet Dhuafa, Jakarta adalah sekolah SMP – SMA yang diperuntukkan bagi siswa dhuafa berprestasi di seluruh penjuru tanah air yang dibiayai dari dana zakat, infaq, dan shodaqoh. Sebuah sekolah yang bukan hanya mengajarkan pelajaran akademik, tapi juga moral, dan mengeksplorasi kemampuan/bakat yang siswa miliki. Melalui program ini pula lah yang telah membantu mewujudkan cita-cita sebagian siswa berprestasi di tanah air untuk melanjutkan sekolah di tempat yang berkualitas demi meraih cita-cita dimasa depan.


Umam, Tarmujik, Faisal, dan Ari, adalah 4 siswa yang telah berhasil melalui  beberapa tahapan seleksi, sehingga akhirnya mereka bisa bersekolah di Smart EI, di kabupaten Bogor-Jawa Barat mewakili propinsi Sumatera Selatan.


Tarmuji dan Umam, saat ini telah sampai kelas 2 SMA di Smart EI, sedangkan Faisal dan Ari sekarang kelas 3 SMP. Alhamdulillah, mereka semua memiliki prestasi yang baik, mulai dari prestasi akademik samapai non akademik, terutama di bidang seni musik.  Mereka adalah anak-anak dhuafa yang berani meninggalkan keluarganya demi meraih cita-citanya. Apabila kami bertanya mengenai masa depan, dengan antusias mereka menjawab dan dengan mata yang berbinar, penuh rasa ingin tahu dan percaya diri, mereka mengatakan mau menjadi akuntan, guru, dan astronom. Sungguh mengharukan, apabila kami ingat bagaimana mereka sebelum sekolah disana. Mereka memang anak-anak cerdas, namun masih sangat pemalu dan cenderung pasif, tapi sekarang semua sudah banyak berubah, mereka menjadi manusia-manusia berani dan semoga tangguh menghadapi ujian hidup yang jauh lebih besar dikemudian hari.

Sekolah Smart EI, memang baru satu di Indonesia. Hal ini pulalah yang menggugah semangat kami para panitia seleksi diseluruh indonesia untuk berfikir dan berkemauan keras, bagaimana program yang sangat baik dan bermanfaat ini tidak hanya ada 1, tapi minimal ada di setiap propinsi di Indonesia yang kita cintai, agar pelajar dhuafa yang berprestasi gemilang tidak terhenti langkahnya hanya karena faktor ekonomi. Supaya mereka tidak hanya menjadi Lintang di novel Laskar Pelangi, tapi bisa menjadi Ikal, yang berhasil bersekolah ke jenjang yang tinggi dan meraih cita-citanya. Jangan pernah takut apalagi berhenti untuk bermimpi, karena kenyataan hari ini adalah mimpi kita kemarin.

Teruslah belajar dan berusaha anak-anak dhuafa, yakinlah, kalian dapat keluar dari lingkaran kemiskinan yang kini menjerat. Tataplah hari esok dengan keimanan yang kokoh dan kemauan terus belajar yang kuat. Semoga apapun kelak jadinya kalian, bisa memberikan kontribusi yang besar bagi keluarga, agama, dan bangsa. 

*) Catatan Perjalanan ke Smart Ekselensia Indonesia, Bogor-Jawa Barat
29 Juli 2009

bagikan ke >>

WhatsApp
Facebook
Twitter