Mahasiwa Berjasalah, Jangan Meminta Balas Jasa!

Menulis sudah seharusnya merupakan keterampilan wajib bagi para mereka yang terjun di dunia inlelektual. Termasuk dalam hal ini, bagi para mahasiswa yang juga aktivis di kampusnya. Melalui tulisan, buah pikiran dapat tersebar ke banyak orang dan kebaikannya akan terus berbuah.

Para mahasiswa aktivis kampus yang tergabung dalam penerima manfaat program Beasiswa Aktivis Nusantara (Bakti Nusa) Dompet Dhuafa Angkatan ke-5, menerbitkan bunga rampai pemikiran para penerima beasiswa tersebut yang berasal dari universitas negeri se-Indonesia.

Pada kesempatan Sabtu (6/2/2016) lalu, buku kompilasi bertajuk “Hak Rakyat Digasak, Mahasiswa Bergerak” secara resmi dilaunching di Auditorium Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya Palembang. Dihadiri langsung oleh Rina Fatimah Direktur Yayasan Pendidikan Dompet Dhuafa, Rektor Universitas Sriwijaya Prof. Ir. H. Anis Sagaf, MSCE, dan para mahasiswa aktivis kampus Unsri.

Dalam sambutannya, Rina Fatimah menyampaikan bahwa aktivis mahasiswa bukan lagi saatnya pencitraan, tapi hendaknya berinteraksi lengsung ke dalam masyarakat.

“Bukan sekedar retorika saja, tapi harus punya gagasan konkrit atas permasalahan yang tengah dihadapai bangsa kita”, ujarnya.

Ia juga menyampaikan tujuan dari program Beasiswa Bakti Nusa, yakni mengembalikan makna aktivis pada rel yang sebenarnya.

“Melalui bantuan beasiswa aktivis ini, kita ingin memperbaiki citra aktivis  yang berkesan anarkis menuju makna aktivis yang mau berbuat dan peka terhadap aktifitas sosial kemasyarakatan. Untuk itu dalam program bakti nusa ada yang dinamakan proyek sosial sebagai wujud kepedulian penerima manfaat bakti nusa bagi masyarakat”, jelas Rina.

Rina juga mengingatkan, mahasiswa hendaknya berfikir akan apa yang sudah dia abdikan untuk bangsa. Ia mengutip pepatah lama, ‘Berjasalah dan jangan minta jasa!’.

Selain itu, lanjutnya, mahasiswa sebagai calon pemimpin, laiaknya seorang pemimpin harus siap dan selesai dengan urusan dirinya sendiri.

“Inilah pentingnya manajemen waktu, bagaimana mau menjadi pemimpin jika belum selesai dalam urusan kedisiplinan dirinya sendiri. Tetap berusaha menghargai waktu selintas, terkesan sepele namun sangat berarti”, imbuhnya lagi.

Tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa sekarang sudah berbeda dengan zaman sebelumnya. “Semakin sempitnya aktifitas di kampus. Dulu bisa hingga 8 tahun dan sekarang tinggal 4 tahun batasannya. Sehingga butuh keterampilan membagi waktu”.

Kepada masyarakat juga, ada pergeseran pendekatan nilai. Nilai-nilai yang lebih dekat kepada humanism, agenda-agenda kemanusiaan. “Inilah tantangan yang perlu diketahui oleh aktivis mahasiswa era sekarang.  Pendekatan masyarakat hari ini bukan lagi yang konfrontatif tapi melalui pendekatan dialogis dan kontributif”.

Selanjutnya, dalam kesempatan kedua, Rektor Unsri Anis Sagaf dalam dialognya menyampaikan kepada mahasiswa yang aktif dalam organisasi dapat memanfaatkan fasilitas yang ada di kampus Inderalaya maupun di kampus Bukit.

“Sejatinya sudah tidak ada lagi dikotomi antara kampus Inderalaya dan Bukit, tidak seperti dulu. Salah satu bukti sudah menyatunya antara mahasiswa Inderalaya dan Bukit di saat wisuda sudah tidak diurutkan lagi, yang kuliah di Inderalaya diapanggil terlebih dahulu daripada mahasiswa yang kuliah di Bukit, melainkan disatukan dengan basis urutan IPK dari yang terbesar”, ungkap rektor yang baru dilantik pada Juni 2015 lalu ini.

Agenda hari itu juga dimasukkan dengan sosialisasi program Bakti Nusa angkatan 6 yang mulai melakukan tahapan seleksi. Bagi yang berminat dan memenuhi persyaratan, pendafataran dibuka sejak Desember 2015 dan akan ditutup pada 28 Februari 2016. Informasi lebih lanjut silahkan menuju laman Beasiswa Aktivitas Nusantara. (KJ-04/*)

Jadwal Seleksi