Ciputat, DD Sumsel – Jika kita sering mendengar istilah dokter spesialis, maka jangan heran jika sekarang Dompet Dhuafa Sumsel punya relawan kader spesialis. Istilah agak aneh — jika tidak bisa disebut baru ini, merupakan sebutan untuk kader aktivis kemanusiaan yang rela melakukan satu hal di bidang khusus, yang bisa jadi di luar bidang keahlian atau bidang studinya.
Hal itulah menjadi pembicaraan pada kegiatan kader spesialis kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Kesehatan Dompet Dhuafa pada gelaran 19-21 Agustus 2014 beberapa waktu lalu.
Dari Sumsel sendiri dikirimkan dua orang perwakilan yang berasal dari kalangan umum. Keduanya, secara akademis dan pekerjaan sama sekali tidak mempunyai background kesehatan sama sekali. Namun keduanya fokus mengurusi kesehatan yang ada di lingkungan masing-masing.
Yang pertama adalah M Alimudin, seorang guru yang juga member LKC DD Sumsel. Namun ia aktif menjadi inisiator untuk kembali menggerakkan kegiatan Posyandu di sekitar tempat tinggalnya. Yang kedua, Anyk Kurniati seorang lulusan sarjana sosial namun konsen sebagai pengurus dalam komunitas peduli HIV/ AIDS.
“Kedua kader tersebut, setelah melewati proses administrasi dan wawancara dengan Direktorat Kesehatan DD, kita kirim ke pelatihan kader spesialis di Pusat Pengembangan Kompetensi dan Pendidikan (Pusbangtendik) Ciputat selama tiga hari”, ujar Rizki Asmuni staf LKC DD Sumsel, yang juga turut mendampingi dalam hajatan nasonal itu.
Kegiatan yang digelar dari tanggal 19-21 September 2014 tersebut, dihadiri oleh para kader sehat perwakilan LKC se-Indonesia. Kegiatan tersebut mengupas tentang paradigma gerakan sosial di tengah masyarakat. Termasuk di dalamnya yang menghadirkan contoh-contoh sosok inspiratif yang bergerak di tengah masyarakat.
Seperti Eulis, seorang bidan yang sudah duapuluhan tahun mengabdi di Desa Ujung Genteng yang berhasil menginisiasi program kesehatan berbasis masyarakat. Tokoh kedua juga seorang bidang yang sering dipanggil dengan sebutan Bidan Ros.
Ia berjuang mendirikan tempat pelayanan kesehatan di sebuah desa badui yang tentu saja masih sangat kuat memegang hukum adat. Dengan totalitas pendekatan, akhirnya warga bisa menerima niatnya untuk mendirikan tempat pelayanan kesehatan tersebut.
Sedangkan tokoh ketiga, adalah sosok dokter muda yang menggagas klinik asuransi sampah. “Jadi masyarakat bisa berobat dengan hanya membayar sampah”, ujar Rizki yang mengaku mendapat banyak tambahan wawasan dari kegiatan tersebut.
Sebagai bentuk follow up kegiatan, Rizki menuturkan bahwa LKC DD Sumsel akan mensupport penuh apa-apa yang mereka butuhkan dari LKC. “Ya, kita akan dukung kegiatan dan kebutuhan mereka yang terkait dengan LKC. Selain itu tentu saja, mereka tetap bisa fokus menjalankan aktivitas sosial mereka seperti sebelumnya”, tutup Rizki. (KJ-04)