TBC bukan penyakit turunan. TBC bukan pula penyakit kutukan dan TBC pun bukan penyakit guna-guna. TBC merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman dan bisa menyerang siapa saja. Meski masuk ke dalam penyakit mematikan, TBC bisa disembuhkan.
Fakta ini terungkap saat Rini, PJ Program LKC DD Sumsel menyampaikan penyuluhan kepada 35 orang warga sekitar LKC 7 Ulu yang sengaja diundang dalam kegiatan bertajuk “Stop TB in my life time” tersebut, Rabu (05/06).
Tuberkolosis (TB) disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis dan bisa menyerang siapa saja, tua-muda, laki-laki atau perempuan, orang dewasa atau anak-anak semua dapat terkena. Ia menjadi penyakit pembunuh nomor satu di kawasan Asia Tenggara. Fakta yang mengerikan lagi bahwa kuman TB tak hanya menyerang paru-paru namun juga seluruh organ tubuh lainnya. “TB bisa menyerang organ lain seperti usus, tulang. Makanya ada penderita TB Tulang yang bentuk tulangnya rusak”, ujar Rini sembari memperlihatkan slide presentasi yang menggambarkan seorang bocah perempuan penderita TB tulang dengan tulang punggungnya yang bongkok.
TBC sendiri menular melalui medium udara saat penderitanya batuk, bersin atau meludah. “Makanya, secara etika kan kita dianjurkan untuk menutup mulut saat batuk maupun bersin. Tidak meludah dan membuang dahak sembarangan. Apalagi bila memang ada penyakit TBC di tubuh kita. Kuman TBC ini melayang di udara hingga terhirup oleh orang lain. Bila sistem kekebalan tubuhnya lemah, maka terinfeksilah orang tersebut oleh kuman TBC”, ulas Rini.
Walau demikian, kuman TBC tidak tahan terhadap paparan langsung sinar matahari. Ia akan mati. Untuk itu, Rini menganjurkan agar jendela dan ventilasi yang ada di rumah kita, dibuka lebar-lebar. Selain agar sirkulasi udara lebih bersih juga biar cahaya matahari masuk dan membunuh kuman-kuman penyebab penyakit.
Satu lagi yang seharusnya menjadi perhatian semua pihak, bahwa alat yang digunakan sehari-hari oleh penderita seperti gelas, piring, handuk hingga sendok tidak dapat menularkan TBC. “Maka, kalau ada penderita TBC yang tinggal bersama kita, jangan dikucilkan. Apa-apa musti diasingkan, dipisahkan. Namun juga, tetap menjaga kebersihan si penderita. Handuk kalo memang sudah kotor ya dicuci”, tutur PJ Program LKC DD Sumsel ini.
Pengobatan TBC sendiri memerlukan paling sedikit enam bulan untuk penyembuhan, setelah dinyatakan positif terinfeksi melalui pengecekan dahak ke laboratorium kesehatan. Kesabaran serta dukungan dari pihak keluarga yang membantu sebagai Pengawas Menelan Obat (PMO) akan sangat membantu kesehatan tuntas sang pasien.
Banyak kasus, pasien TBC yang jenuh karena disuruh minum obat terus-terusan, akhirnya berhenti minum obat. Dan kumannya menjadi resisten. Sehingga bisa kambuh di waktu berikutnya dan memerlukan waktu penyembuhan lebih lama lagi.
Kegiatan penyuluhan TBC ini merupakan bagian dari Program Promosi Kesehatan (Promkes) LKC DD Sumsel. Diadakan secara berkala untuk memberikan pengetahuan mengenai cara hidup sehat. Selain Promkes, program yang diselenggarakan oleh LKC DD Sumsel selain klinik yang melayani pasien dhuafa secara rutin setiap harinya, juga mengembangkan program dalam bentuk preventif seperti senam jantung, senam hamil, senam asma dan Aksi Layanan Sehat (ALS) yang blusukan ke lokasi-lokasi pinggiran. (KJ-04)