Selalu ada batas dalam kehidupan ini dan hanya kita sendiri yang bisa menemukan dan melampauinya. Ungkapan yang pas untuk menggambarkan semangat “breaking limits” yang dilakukan oleh seorang pemuda dengan penuh inspirasi bernama Eko Ramaditya Adikara.
Dalam rangkaian road show-nya bersama Dompet Dhuafa Republika dan bekerjasama dengan Dompet Sosial Insan Mulia (DSIM), Rama hadir di kota Palembang untuk memberikan motivasi dalam seminar “Breaking the Limit”. Walau sudah tunanetra sejak lahir, Rama mampu melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan orang berpenglihatan. Tak tanggung-tanggung, beberapa profesi pernah dan sedang digelutinya. Mulai dari game music composer, blogger, motivator, penulis, wartawan, hingga yang terakhir sebagai editor. Seminar di Palembang ini sendiri merupakan kota ke empat setelah Batam, Bandung dan Lampung dari 16 kota yang direncanakan.
—-
Bertempat di aula PT Telkom di jalan Jendral Sudirman, seminar motivasi Rama digelar pada Sabtu (2/5). Acara dimulai tepat pukul 08.00 WIB dipandu oleh MC Dina Olivia (announcer Suara Pesona Indah FM). Dalam sambutannya, Adi Apriliansyah mewakili DSIM menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada pihak PT Telkom yang telah berpartisipasi dalam memberikan waktu dan tempat bagi terselenggaranya kegiatan ini. Selain itu pula, ia mengharapkan para peserta dapat menarik banyak inspirasi dari seminar motivasi ini. Selanjutnya, kata sambutan diberikan oleh Bapak Nasyirwan (ketua Baperohis) mewakili GM PT Telkom Regional Sumbagsel, Bapak Muchlis.
Setelah kata sambutan dan promo produk Flexi terbaru usai disampaikan, mendadak lampu ruangan dimatikan. Peserta sempat terdiam sesaat, sembari bertanya-tanya apa yang terjadi. Pada saat itulah, sang motivator Eko Ramaditya Adikara memasuki ruangan seminar. Dengan mengenakan kostum ‘Jedi’ (baca: Jedai), salah satu tokoh dari serial StarWars — lengkap dengan pedang lasernya (lightsaber), Rama berhasil membuat suasana yang tadinya hening menjadi riuh dengan tepukan dari para peserta. Apalagi sinar hijau dari pedang lasernya, seolah membelah suasana ruangan yang tadinya gelap.
Setelah gemuruh peserta mereda, Rama langsung menyapa peserta seminar motivasi dan memperkenalkan dirinya. Selanjutnya secara mengalir, mulailah Rama bercerita tentang kisah hidupnya yang terlahir sebagai seorang yang buta. Baru pada usia tujuh tahun, ia sadar kalau ia buta. Itupun tahu dari temannya, bukan dari keluarga. Setelah memperkenalkan dirinya singkat, Rama melakukan simulasi untuk menguji kemampuannya sebagai tuna netra yang mampu beraktifitas layaknya manuasia yang normal. Rama menantang para peserta untuk saling berkirim SMS dengannya. Sebelum memulai, Rama memastikan ke para peserta bahwa ponsel yang dipakainya sama dengan ponsel pada umumnya. Ia tidak menggunakan ponsel dengan keypad braille.
Sekitar 120an peserta yang hadir, antusias menyambut tantangan itu. Hampir semua peserta mengirimkan SMS kepada Rama, para peserta terlihat sangat penasaran bagaimana seorang Rama yang buta dapat melakuakan aktivitas berkirim SMS. Alhasil, dari banyak SMS yang masuk, Rama mengambil satu nomor ponsel dan membalasnya. Orang yang beruntung bernama Abdullah, dan berdiri serta diminta untuk membacakan SMS balasan Rama ini. Peserta seminar motivasi memberi aplus yang luar biasa. Abdullah berhak atas door prize dari Rama, berupa audio-book karangan Rama.
Selanjutnya Rama menunjukkan kebolehannya yang lain. Hal ini Rama tunjukkan untuk membangkitkan semangat dan memotivasi peserta, bahwasanya Rama yang seorang butapun dapat melakukan dengan baik bahkan melebihi kemampuan orang normal dalam berbagai aktifitas keseharian. Di tombol keyboard laptopnya, jari Rama lentik menari mengetik komputer dengan kecepatan 60 kata permenit! Dan fantastisnya, tidak ada kalimat yang salah sedikitpun. Kemampuannya di atas rata-rata orang biasa.
Yakin dengan Takdir Allah
Masuk ke sesi motivasi, Rama memberikan pencerahan kepada para peserta seminar motivasi. Rama menjelaskan bagaimana dia bisa melalui kehidupan ini dengan penuh prestasi. Bagaimana orang tuanya dahulu harus berjibaku memberikan pendidikan kepada Rama. Bagaimana dengan segala keterbatasan yang ia miliki, ia harus beberapa kali merasakan penolakan ketika melamar sebuah pekerjaan. Rama juga mengajak peserta untuk merenungkan bahwa hidup ini harus memberikan manfaat, walau bagaimanapun kondisi yang Allah berikan kepada kita. “Saya sangat menyakini bahwa Allah swt memberikan kelebihan kepada masing-masing hambanya di balik kelemahan dan kekurangan yang dimilikinya itu.”
Rama mengutip ayat Al-Qur’an yang artinya “Allah SWT tidak akan memberikan cobaan kepada hambanya diluar batas kemampuan hambanya tersebut”. Firman Allah ini diakui Rama memberikannya inspirasi yang luar biasa. Ayat tersebutlah menurut Rama yang telah membuatnya dapat mengalahkan segala keterbatasannya. Ayat tersebut telah mampu membuat Rama ‘berdamai dengan kegelapan’ dan tidak menjadi alasan untuk mengutuki nasibnya.
Berdamai dengan kegelapan, menjadi konsep hidup bagi seorang Rama yang bermula dari pemenuhan rasa syukur serta sikap pantang menyerah. “Tidak menyerah dengan keterbatasan, berkarya dalam kegelapan, menapak dalam gulita melahirkan karya gemilang. Mengukir pada batu cadas meninggalkan pesan yang menggugah kepada siapa saja yang mau berubah dan mencari hikmah”, ujarnya puitis. Peserta sempat kehilangan konsentrasi, di pertengahan acara. Karena, uraian dari Rama dirasa cukup panjang dan melelahkan. Untunglah, tak lama kemudian sesi yang paling seru dan dinanti oleh para peserta akhirnya datang juga. Tak sabar peserta ingin mengacungkan jari, sekedar menumpahkan pertanyaan yang lama menggantung.
Lukman, salah seorang peserta mengungkapkan kekagumannya. “Saya juga pernah mempunyai seorang taman yang buta, beberapa tahun yang lalu. Dia ini sangat hobi menonton bioskop. Dengan kondisinya seperti itu, para penjaga pintu bioskop membiarkan saja, bila ia ingin menonton alias gratis. Ketika ditanya, bagaimana kamu bisa tahu, kalo film yang kamu tonton itu bagus atau tidak. Dan jawabannya sederhana sekali. Saya dengar dari reaksi penonton. Kalo suasananya sepi, berarti filmnya bagus. Karena, semua penonton terbuai oleh ceritanya. Sedangkan kalo rebut, artinya filmnya jelek.”
Acara seminar motivasi diakhiri dengan muhasabah. Rama mengajak para peserta untuk memejamkan mata dan membayangkan berada di sebuah taman yang sejuk dan luas. Di mana dalam bayangan tersebut, Rama tidaklah buta. Justru ia yang menuntun para peserta untuk berkeliling menikmati gemericik air sungai yang mengalir di kejauhan. Sambil mencium aroma wangi rerumputan yang basah. Setelah puas berkeliling dalam bayangan tersebut, Rama akhirnya berujar, “Sekarang buka mata anda, dan ucapkan syukur karena penglihatan anda masih lengkap. Sedangkan saya, teman-teman, masih tetap tidak bisa melihat…”, ungkapnya lirih. Sontak sebagian besar peserta seminar terharu dan menangis, menghapus lelehan air mata di sudut mata masing-masing. Tak urung, ucapan syukur terucap di bibir masing-masing. (Tim)