Layanan Kesehatan DD mulai dari Pos Sehat hingga RST

Boleh jadi saat ini beberapa pemerintah daerah telah mencanangkan program kesehatan gratis, seperti di Sumsel dengan program Berobat Gratis hingga baru-baru ini Jakarta dengan program Jakarta Sehatnya. Lepas dari semua itu, DD dengan LKC-nya sudah sejak berdirinya sebelas tahun yang lalu telah memulai dengan program pengobatan gratis yang dibiayai oleh dana Zakat, Infak dan Shadaqah. Berikut petikan diskusi dengan Abdul Ghofur, GM Kesehatan Dompet Dhuafa pada Kamis (13/06) lalu.

Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) saat ini lebih berfokus pada tindakan promotif dan preventif. Yakni promosi kesehatan dan tindakan kesehatan. Sedangkan tindakan kuratif (pengobatan) sudah diambil oleh Rumah Sakit Terpadu (RST) yang berdiri di daerah Parung, Bogor. “Ya, promotif dan kuratif. Jadi kita yang ada di LKC jangan bangga dulu, jika pasien yang datang berobat ke LKC meningkat. Jangan-jangan tindakan pencegahan kita kurang. Sosialisasi PHBS-nya (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, red) tidak tersampaikan. Tapi, itulah tantangannya. Sedikit berobat salah, banyak yang berobat juga salah,” ujar Abdul Ghofur pada saat brainstorming bersama manajemen DD Sumsel dan staf LKC.

Menurut Ghofur, LKC menerapkan sistem rujukan. “Saat ini LKC memiliki 7 cabang yang tersebar di beberapa provinsi, diutamakan luar jawa. Seperti Palembang ini, lalu NTT. Kalo di Jakarta, selain LKC ada yang namanya Pos Sehat (saat ini ada 29 buah) dan Gerai Sehat (8 lokasi). Jadi jika tak tertangani di Pos Sehat maka akan dirujuk ke Gerai Sehat. Lalu ke LKC baru kemudian merujuk ke RST”, urai pria yang sudah tujuh tahun bergabung dengan Dompet Dhuafa Jakarta ini.

Sebagian besar Pos Sehat yang ada di daerah Jadebotabek tersebut sebatas inisiasi oleh LKC saja. Sedangkan untuk pengelolaan dan sumber pendanaan sudah murni dari masyarakat. “Masjid-masjid kan sering bingung mau diapain dana zakat, infak dan sedekah hasil sumbangan masyarakat. Maka kita tawarkan program Pos Sehat ini. Mereka setuju, kita menyiapkan tenaga dokter dan obat-obatan, sedangkan pihak masjid menyediakan tempat dan dananya. Biaya juga yang dikeluarkan oleh Masjid nggak lebih dari dua juta saja selama sebulan”, ujarnya.

Bagaimana dengan daerah-daerah yang sudah menerapkan berobat gratis seperti di Sumsel dan Jakarta, apakah LKC masih akan diminati? “Tidak mengapa. Kita hanya perlu sering-sering silaturahim saja dengan pihak pemerintahnya. Kita tanya apa ada program yang bisa disinergikan. Selain ini cara agar keberadaan kita diketahui oleh pemerintah setempat”, lanjutnya.

Dengan bersinergi bersama pemerintah setempat, maka secara alami akan menjadi bagian dari pengembangan LKC itu sendiri. Ghofur juga menyampaikan pengalaman saat LKC-DD menggelar Program Pelatihan Bidan Tapal Batas, dengan menggandeng pemerintah LKC-DD bisa mendapatkan bidan-bidan yang terampil dan siap diterjunkan di daerah-daerah tapal batas yang membutuhkan. Ia juga menyarankan, selain dengan pemerintah, silaturahim juga bisa diarahkan ke organisasi keprofesian seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dan sebagainya.
Ghofur juga mengingatkan pondasi idealis LKC-DD bahwa apa yang dilakukan ini sebagai salah satu bagian dari ibadah kepada Allah Swt. “Saya sering menyampaikan bahwa, orang sakit itu beribadahnya susah. Maka dengan aktivitas kita di bidang kesehatan ini, niatkan agar orang sakit mudah beribadah. Di RST bahkan, kepada pasiennya kita ajarkan bagaimana shalat dalam keadaan sakit. Harapannya, setelah sehat mereka akan membiasakan shalat”, terang Ghofur.

Sesuai Renstra LKC-DD, tahun 2025 mendatang LKC akan berdiri di 33 provinsi se-Indonesia. Dan dalam waktu dekat LKC juga akan membuka cabang di Provinsi Papua. Hingga usianya yang ke tiga bulan ini, LKC DD Sumsel terus melakukan pembenahan hingga pengembangan program serta peningkatan kualitas layanan. “Saat ini tercatat grafik pengunjung yang mendapatkan layanan medis sebanyak 25 orang per hari, sedangkan layanan promotif-preventif dihadiri sekitar 30-an orang setiap penyuluhannya”, tutur Rini Herdiana selaku PJ Program LKC saat menyampaikan laporan pada kegiatan tersebut.

Abdul Ghafur sendiri dengan kapasitasnya sebagai GM Kesehatan DD datang ke Palembang dalam rangka koordinasi dan evaluasi aktivitas per triwulan LKC DD Sumsel dan Pembangunan Jaringan di antaranya dengan melakukan kunjungan silaturahim ke Dinas Kesehatan Kota Palembang dan Dinkes Provinsi Sumsel. (KJ-04)

bagikan ke >>

WhatsApp
Facebook
Twitter