Kita Berkejaran dengan usia

Usia senja, bagi banyak orang identik dengan pelemahan fisik yang diikuti pula dengan pengurangan aktivitas di luar rumah. Namun beda dengan ibu satu ini. Di usianya yang ke-58 tahun, ia masih bergerak lincah. Jadwalnya begitu padat. Mulai dari mengurus bisnis propertinya yang maju dengan cepat hingga mewakafkan dirinya membina Forum Rumah Tahfidz Sumatera Selatan.

Motivasi saya untuk tetap aktif di usia yang sekarang adalah memanfaatkan waktu. Kita ini kan berkejaran dengan waktu. Bagaimana kita dapat memaksimalkan potensi yang ada untuk memenuhi ponjen-ponjen akhirat kita. Saya menyebutnya demikian. Dengan jalan, setiap langkah kita adalah ibadah. Walaupun, dalam berjalannya waktu banyak masalah yang kita hadapi. Tapi masalah dunia kita letakkan di tangan.

Saya itu kalau lagi fokus di satu pekerjaan, maka saya fokus. Namun jika sudah selesai, maka benar saya tinggalkan sementara dan lanjutkan dengan pekerjaan yang lain, tidak lagi memikirkan pekerjaan sebelumnya.

Lewat usaha properti di bawah bendera PT Athung Abadi (Ia menjabat sebagai Direktur Utama, red), saya punya cita-cita bagaimana setiap muslim itu punya rumah. Makanya, saya lebih suka membangun perumahan yang untuk menengah ke bawah. Sehingga, kalau mereka sudah punya rumah kan tenang. Karena rumah itu kebutuhan pokok.

Termasuk saat ada pameran perumahan rakyat kemarin, saya turut serta. Dari salah satu bank syariah, saya bisa membantu mereka yang ingin memiliki rumah dengan DP hanya Rp1 juta saja. Dan itu dalam hitungan tiga hari saja, laku ratusan rumah.

Sekarang saya hidup sendiri. Suami udah tidak ada, anak-anak juga sudah menikah semua. Jadi saya tinggal bagaimana me-manage diri saya sendiri. Boleh disebut saya sudah tidak ada tanggung jawab lagi ke dalam. Sebenarnya, kalau saya mau, dulu bisa saja saya menikah lagi. Namun, saya berpikir bahwa seorang istri itu tanggung jawabnya sangat berat, dunia-akhirat.

Maka kalau saya menikah lagi, saya keluar rumah harus minta izin. Ke mana-mana harus minta izin. Saya tidak ingin menambah panjang dosa-dosa yang tidak diperlukan. Yang tanpa kita sadari akan terus menumpuk. Sisa hidup ini kita manfaatkan untuk umat saja.

Carilah Cinta dari Perut Suami

Saya dulu,tidak pakai pembantu. Masak, nyuci saya lakukan sendiri. Suami saya itu tidak mau makan kalau bukan masakan saya. Jadi seringkali kalau lagi kondangan, udah mau ngantri makan, suami malah berbisik. ‘Mah, pulang aja, makan di rumah. Masih lemak masakan mama, masakke iwak pedo..”. Jadi saya sering bilang ke anak-anak saya, carilah cinta dari perut suami.

Kalau perut sudah kenyang, tidak kan mungkin di jalan mereka akan lirik-lirik wanita lain, makanan lain. Masakan istri aku enak, ngapain harus makan di luar. Seperti itu juga dengan anak-anak, mereka tidak akan makan di luar, mereka pikir masih enak masakan mama aku. Jadi sesibuk-sibuk apapun pekerjaan, harus masak sendiri. (KJ-04)

bagikan ke >>

WhatsApp
Facebook
Twitter