Setelah bekerjasama dalam penanganan pengungsi Rohingya tahun lalu, Dompet Dhuafa dan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), kembali berkolaborasi dalam penanganan Kasus Luar Biasa (KLB) Gizi Buruk dan Campak di Kabupaten Asmat, Papua. Pada rapat gabungan Rabu (17/1), bertempat di kantor PB IDI Menteng, Jakarta Pusat, disepakati beberapa hal terkait kerjasama kedua belah pihak. Terutama poin terkait aksi bersama penanganan kesehatan di Asmat.
“Kerjasama antara Dompet Dhuafa dan IDI kembali diinisiasi untuk penanganan kasus gizi buruk dan campak di Kabupaten Asmat. Kolaborasi kali ini rencananya akan mendirikan Layanan Kesehatan dan Pojok Nutrisi Keluarga, yang di dalmnya ada pelayanan holistik berupa kegiatan penanganan dan pencegahan gizi buruk dan campak,” ujar dr. Rosita Rivai, General Manager Program Kesehatan Dompet Dhuafa.
Kerjasama yang terjalin dengan IDI terkait kasus kesehatan bukan tanpa alasan. IDI sebagai pemegang sertifikasi dokter, menjadi penjamin mutu dokter-dokter dan tenaga medis yang dikirimkan ke lokasi terjadinya bencana.
Dalam kerjasama kali ini, Dompet Dhuafa dan IDI berbagi peran. Dompet Dhuafa fokus pada kegiatan non medis, penanganan media, dan kegiatan relief. Sedangkan IDI fokus pada kegiatan medis, dan networking.
“Ini adalah kerjasama lanjutan setelah sebelumnya Dompet Dhuafa dan IDI menjalankan kerjasama dalam respon Rohingya. Dalam kasus Asmat ini, program bersama yang dijalankan nantinya harus bersifat kontinyu dan berkelanjutan. Bukan hanya program temporer, tapi juga program yang dapat mengedukasi masyarakat setempat dan membangun local capacity building mereka,” ujar dr. Adib.
Perkembangan terakhir yang didapatkan dari tim Dompet Dhuafa dan IDI yang sudah di lokasi, hari ini Jumat (19/1), tim mulai menjalankan tugas menangani pasien gizi buruk dan campak. Setelah sebelumnya berkoordinasi dengan satuan petugas gabungan penanganan kasus ini yang terdiri dari kementerian, kepolisian, dan TNI.