M Ridwan (27), Kepala Sekolah Yatim Kreatif Indonesia (Yakin)
Saat ini, sudah lebih setengah tahun, program Yatim Kreatif Indonesia (Yakin) berjalan. Alhamdulilah saat ini tercatat 68 orang anak yang aktif mengikuti kegiatan pembinaan bagi yatim dhuafa, yang merupakan salah satu program unggulan dari Dompet Dhuafa Sumatera Selatan. Dan sejauh ini, terlihat perkembangan adik-adik Yakin terutama dari pengembangan karakter/ kepribadian mereka.
Secara khusus kita tidak punya kurikulum yang terlalu baku, model pembelajaran yang dipakai antara lain dinamika kelompok dan praktek. Aspek yang ditekankan adalah pembentukan karakter (character building) dan pembekalan life skill.
Untuk melengkapinya, sudah satu bulan terakhir ini kami melengkapi dengan program Ekstrakurikuler, demikian kami menyebutnya. Adik-adik diberi kebebasan untuk memilih dan mengikuti ekskul. Ada ekskul tari, paduan suara, perkusi dari barang bekas (trash percussion), sains dan bela diri. Selain bertujuan memberikan keterampilan kepada mereka, ekskul ini juga bertujuan membentuk karakter seperti berani, percaya diri, dan lain sebagainya.
Kalau ditanya mengapa saya mau bergabung dengan program ini, karena saya senang dengan anak-anak. Apalagi ada salah satu hadist nabi Saw yang menggambarkan bagaimana kedudukan orang yang mencitai anak yatim dengan nabi Muhammad, seperti jari yang saling berdekatan.
Kalau dicari dukanya tidak ada di Yakin yg terasa kebanyakan sukanya, semoga ke depan terus seperti ini. Pernah ada kejadian, seperti beberapa bulan yang lalu, kegiatan Yakin diliburkan. Eh kok malah timbul rasa kangen dengan mereka. Dan itu juga dirasakan oleh kakak asuh yang lain.
Adik-adik Yakin sangat “unik”, mereka berasal dari latar belakang, lingkungan dan “kehidupan” yang berbeda satu sama lain. Dan di sinilah tantangan dan keasyikan yang saya dan para kakak asuh lain hadapi. Rata-rata mereka cerdas. Hanya saja modalitas/ karakter belajar yang berbeda-beda yang dipengaruhi lingkungan mereka, hal ini yang membuat kami agak bekerja keras mencari cara yang pas.
Karena latar belakang yang unik ini, maka pada awal-awal kegiatan, rata-rata adik-adik Yakin minder dan kurang percaya diri. Pernah ketika saya memegang salah satu kelompok. Saya minta mereka memperkenalkan diri dengan suara yang lantang mulai dari nama, nama orang tua, pekerjaan orang tua dan pendidikan orang tua.
Mereka hanya sampai memperkenalkan nama mereka saja. Selanjutnya mereka malu dan tidak berani. Kemudian saya mengawali dengan mengenalkan diri saya. Nah mulai dari sini, mungkin karena asal-usul saya dianggap sama (senasib) dengan mereka, setelah itu mereka satu-satu mulai memperkenalkan diri tanpa ada rasa malu dan takut lagi.
Kalau pendekatan secara teoritis saya tidak terlalu mengerti karena background saya bukan dari dunia pendidikan. Yang saya lakukan dan juga para kakak asuh lainnya, hanya berusaha berperan sebagai keluarga atau kakak dari mereka.
Sambil berjalan, kami para kakak asuh berusaha merancang tim yang secara khusus menggodok kurikulum/ konseptor sehingga dibakukan untuk aktivitas Yakin ini. Sedangkan untuk pra sarana, alhamdulillah sebentar lagi Yakin akan mempunyai tempat sendiri, yang merupakan sumbangan donatur. Selama ini kita masih memakai lokasi Sekolah Alam Palembang Bukit Siguntang.
Harapan saya, dan juga berarti menjadi bagian dari kepedulian kita semua untuk mewujudkannya, Program Yakim ini mempunyai jenjang/ level berdasarkan tingkatan sekolah mereka. Misal ada Yakin SD, Yakin SMP, Yakin SMA atau bahkan tingkat universitas. Saya juga punya mimpi untuk adik-adik ini punya asrama yang bisa dikatakan sebagai semi pesantren ala Yakin. Kalau sementara ini, Yakin telah membina adik-adik mulai SD hingga SMP, dan hanya dibedakan ke dalam kelompok sesuai usianya. (Kontributor : M Harpani)