Satu lagi permata dari Sumatera Selatan yang diberangkatkan menjadi siswa di sekolah akselerasi bebas biaya Smart Ekselensia Indonesia (SEI) yang berada di Parung Bogor. Dialah Muhammad Jordi Setiawan (12) yang berhasil melewati semua seleksi ketat yang diadakan oleh Tim Seleksi Dompet Dhuafa Sumatera Selatan.
Wajah sumringah Mastinah (46) tak bisa disembunyikan saat mengetahui bahwa anak bungsunya Jordi dinyatakan lulus pada awal Juni lalu. Saat diundang untuk sesi wawancara pada Selasa (9/7), berulangkali senyumnya mengembang melihat anaknya yang akan berangkat keesokan hari, Rabu (10/7) ke Bumi Pengembangan Insani lokasi tempat SEI berada.
“Senang sekali. Walaupun sedih itu juga ada. Bagaimana ya, namanya anak bungsu mau berpisah jauh pasti sedih dan berat juga mulanya. Tapi demi masa depannya saya ikhlaskan,” tutur Mastinah.
Jordi merupakan bungsu dari empat bersaudara. Dua laki-laki dan dua perempuan. “Dua orang anak yang wanita sudah menikah dan tinggal mengikut suaminya. Sedangkan Jordi tinggal bersama saya dan juga kakaknya. Jadi kalo Jordi berangkat, gimana ya, sedih. Tinggal saya dan kakaknya yang di rumah”, ujar ibu yang berjualan sarapan tiap pagi bersama ayuknya itu.
“Walau bungsu anak ini tidak manja sebagaimana kebanyakan anak bungsu lain. Ia mandiri, bahkan untuk berangkat ke lokasi Yatim Kreatif ia kadang sendirian”, ujarnya. Jordi sendiri merupakan salah satu penerima beastudi yang dibina melalui program Yatim Kreatif Indonesia (Yakin).
Jordi menjadi yatim saat masih berumur tujuh tahun. Ayahnya yang bernama Sapri, meninggal dunia akibat diabetes yang dideritanya. Sang ayah sebelumnya bekerja sebagai sopir mobil boks di salah satu perusahaan consumer goods. Walau pada saat kematian suaminya, Mastinah sudah berjualan, namun kepergian sang suami tak urung memukul perekonomian keluarga. “Penghasilan per bulan tidak tentu. Kalau dihitung per hari adalah masuk Rp50.000. Itu harus bagi dua dengan ayuk”, tuturnya.
Jordi menjadi putra Sumsel keenam yang dikirim belajar ke sekolah SEI. Smart Ekselensia Indonesia merupakan sekolah unggulan gratis dan bebas biaya yang sepenuhnya dibiayai oleh dana zakat, infak, sedekah dan wakaf. Sekolah ini menganut kurikulum akselerasi yang memungkinkan para siswanya menempuh masa SMP dan SMA dalam waktu lima tahun saja.
Selain itu, dengan ragam fasilitas yang mumpuni, para siswa diberi kesempatan luas untuk berkreasi dan mengembangkan keterampilan dan intelektualitas selama belajar di sekolah tersebut. Beragam lomba dan kompetisi serta penghargaan berhasil diraih oleh sekolah tersebut. (KJ-04)