Oleh : M AGUS WANDI (Staf Fundraising)
Kejadian lucu bagi saya, tapi mungkin miris bagi sebagian orang. Suatu siang, saya berkunjung ke salah satu kantor BUMN yang cukup besar di Palembang. Setelah sebelumnya juga bertamu di kantor yang sama namun berada di wilayah lainnya.
Setelah memarkir kendaraan, meja resepsionis atau meja jaga pun menjadi sasaran utama, hal ini menjadi standar pribadi dalam singgahan di setiap kantor.
Percakapan standar pun terjadi antara saya dan petugas jaga di meja tamu, mulanya saya bermaksud untuk bertemu bagian Hubungan Masyarakat (humas) di kantor tersebut karena pada dasarnya bagian inilah yang dapat menjadi celah masuk dan mengantarkan saya pada bagian yang sebenarnya.
Dengan sigap petugas tersebut mengangkat gagang telpon menghubungi karyawan di bagian humas. Dan seperti biasa, dugaan saya nyaris selalu benar akan ketidakberadaan karyawan humas di ruangannya, dengan alasan lumrah yaitu belum kembali dari makan siang.
Sambil berbasa-basi akhirnya saya alihkan tujuan saya bertamu ke bagian yang sebenarnya, katakanlah ke bagian Z yang menangani bidang tertentu. Secara cepat petugas jaga menyebut nama kepala bagian Z, sebut saja Pak Ahmad. Tidak lama kemudian petugas pun menghubungi ruangan Pak Ahmad yang ternyata ada di tempat.
Birokrasi
Namun, keinginan saya untuk langsung bertemu Pak Ahmad belum dikabulkan oleh petugas jaga, karena ia lebih mengarahkan saya agar bertemu dengan bagian humas. Ditambah lagi dengan petugas humas yang dikatakan tadi belum kembali dari makan siang, nampak sudah kembali lagi ke kantor. Tidak lama duduk menunggu, diizinkanlah saya menemui bagian humas tanpa lupa menyematkan kartu tanda pengunjung di saku kiri baju.
Usai menjelaskan maksud kedatangan, petugas humas pun mempersilakan saya untuk langsung ke bagian Z sesuai dengan tujuan tadi, sambil mencoba menghubungi rekannya menanyakan nama kepala bagian Z tadi, hal ini dilakukan berulang kali dan kepada beberapa staf. Padahal, saya telah mengetahuinya dari petugas jaga di depan tadi, yang notabene bawahan dalam hirarki kantor tersebut.
Kejadian ini cukup membuat saya tersenyum karena seorang humas kantor BUMN masih mencari-cari petugas lain yang berada di bagian Z, padahal dari namanya sendiri, humas berarti bagian yang dapat menghubungkan antara pihak internal kantor dengan eksternalnya.
Namun sepertinya fungsi itu absen pada diri petugas tersebut, entah secara pribadinya yang kurang sigap atau mungkin sistem kantornya yang belum tertata rapih dan pribadi saya menilai kekeliruan berada pada posisi petugasnya.
Kita mungkin dapat menjadikan kejadian ini sebagai bahan pengingat bahwa tidak jarang petugas bawahan itu dapat memberikan kita akses yang lebih cepat ke atasannya daripada petugas yang berada di bagian lain. Dan pengalaman ini pun memberikan kita pemahaman agar dapat senantiasa menghargai orang di mana pun posisi dan jabatannya karena setiap posisi memiliki kelebihannya tersendiri. (*)