Perjuangan Isdianto (12) untuk melanjutkan sekolah ke jenjang SMP berbuah manis setelah mengikuti beberapa tahapan seleksi dan home visit oleh panitia seleksi, diputuskanlah ia sebagai salah satu siswa yang lulus dalam seleksi nasional Smart Ekselensia Indonesia Dompet Dhuafa, sekolah SMP-SMA berasrama dengan model akselerasi berlokasi di Bogor, Jawa Barat.
Isdianto merupakan salah satu peserta yang berasal dari daerah seleksi Sumatera Selatan. Lokasi tempat tinggalnya di Desa Sugihan, Talang Air Guci, Rambang, Kab. Muara Enim. Seleksi pertama diikutinya pada Februari lalu di kantor Dompet Dhuafa Sumatera Selatan. Isdianto pun dijadwalkan untuk berangkat untuk memulai sekolah di Bogor.
Perjalanan tim menyusuri jalan lintas Palembang-Prabumulih berjalan lancar, sebelum melanjutkan perjalanan menuju rumah Isdianto di Kec. Rambang, Muara Enim tim juga mengajak Herdi, salah seorang guru dari Indonesia Mengajar. Hari itu ia juga sebagai penunjuk jalan menuju lokasi rumah Isdianto.
Kunjungan tim kali ini guna menjemput Isdianto menuju Sekolah Smart EI guna mengawali proses belajar yang akan dimulai pada 21 Juli 2016.
Tidak mudah menjangkau rumah Dito, panggilan akrab anak yang bercita-cita menjadi presiden ini. Meski sudah sampai di Ds. Sugihan, tim harus masuk lagi jalan kedalam sejauh 9 KM, dengan ruas jalan talang yang sempit tidak memungkinkan untuk dituju dengan berkendara. Akhirnya Dito bersama keluarganya diminta untuk menghampiri tim Dompet Dhuafa Sumsel.
Dito sendiri dikenal sebagai penghuni setia rumah baca milik Epriansyah, salah seorang guru yang mengabdikan dirinya di daerah tempat Dito bersekolah. “Setengah dari total buku seisi taman bacaan ini sudah dibaca Dito,” terangnya.
Jika teman-teman Dito lebih suka membawa dan membaca buku bacaan ke rumah, lain halnya dengan Dito yang lebih suka membaca di dalam taman bacaan tersebut. Ia pun dikenal sebagai kutu buku di kalangan teman sebayanya.
Tak lama setelah kedatangan Dito bersama kedua orang tuanya, tim segera mengajak Dito untuk berangkat ke Palembang untuk perjalanan ke Bogor esok hari.
Tangisan ibunya pun mengiringi perjalanan dari desa Sugihan, meski terasa berat karena harus berpisah untuk beberapa bulan, namun keteguhan hatinya penuh harap agar anaknya dapat sukses melanjutkan jenjang sekolah yang lebih tinggi hingga selesai.
Harapan sang ayah dan do’a juga menyertai perjalanan anak kedua dari tiga bersaudara itu. “Semoga berhasil mewujudkan cita-citanya diawali dengan bersekolah di Bogor,” harap Eftafisor, ayah Dito. Tak banyak bekal yang bisa dibawa Dito dalam perjalanannya menimba ilmu, ucapan do’a dan harapan besarlah yang terus mengiringinya dalam berjuang menimba ilmu. Semoga kelak beberapa tahun kedepan harapan tersebut menjadi kenyataan manis yang menghampiri keluarga desa ini.