Subang, DD Sumsel – Dua kali aksi penggalangan dana untuk program Indonesia Berdaya digelar di Palembang. Yang pertama menggandeng Peggy Melati Sukma dan penulis best seller Endy Kurniawan pada 9/11/2013 serta Ippho Santosa (15/3/2014). Semuanya mengambil tempat di Masjid Agung Palembang.
Lalu apa kabarnya program Indonesia Berdaya tersebut?
Kabar menggembirakan, saat ini program Indonesia Berdaya telah membeli lahan produktif seluas 10 ha di daerah Subang Jawa Barat. Pembelian lahan ini paling tidak akan memiliki dua imbas. Menyelamatkan lahan produktif dari tangan asing dan memberdayakan masyarakat sekitar melalui pemanfaatan lahan tersebut.
Berkat dukungan para pendukung dan pegiat Indonesia Berdaya yang konsisten, Indonesia Berdaya telah membeli lahan produktif seluas 10 ha. Tanah produktif yang berada di daerah Cirangkong, Subang Jawa Barat ini adalah realisasi awal dari kegiatan pembelian lahan untuk pemberdayaan masyarakat yang akan terus dilakukan Indonesia Berdaya. Nantinya, Indonesia Berdaya akan terus menambah luas lahan yang dibeli.
Selain pembelian lahan, tim Indonesia Berdaya juga sudah menyelesaikan Business Plan pemanfaatan lahan. Nantinya, pada lahan seluas 10 ha tersebut akan digunakan untuk tanaman buah Naga seluas 4 ha, pada sela tanaman buah Naga diisi dengan buah Pepaya California.
Kemudian akan digunakan untuk menanam Jambu Crystal seluas 1 ha dan peternakan Domba-Kambing seluas 5 ha. Pembagian lahan ini bukan berdasarkan hasil yang optimal, melainkan berdasarkan tingkat serapan pasar, kecukupan modal kerja dan pertimbangan pilot project untuk ternak Domba-kambing, tanaman Buah Naga dan Jambu Crystal.
Model pengelolaan lahan Indonesia Berdaya di cirangkong adalah integrated farming (pertanian + peternakan). Dengan model pertanian yang dipadu dengan peternakan maka tidak ada limbah yang terbuang. Pola pertanian akan terjadi dalam satu siklus biologi (integrated bio cycle farming). Limbah pertanian dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan kompos. Kotoran ternak pun dapat digunakan untuk pupuk tanaman.
Dalam usaha pertanian ini, kemitraan usaha berbasis komunitas petani di sekitar kebun/lahan usaha. Para petani penggarap lahan berasal dari masyarakat sekitar lahan. Nantinya, usaha pertanian dan peternakan ini juga akan dijadikan pusat wisata dan pendidikan pertanian (Agrowisata). Diharapkan nantinya akan lebih banyak orang yang mengetahui keberadaan lahan pemberdayaan tersebut.
Tentunya keberhasilan Indonesia Berdaya melakukan pembebasan lahan dapat terjadi karena partisipasi pendukung dan pegiat yang telah menyisihkan harta, waktu, pikiran dan tenaga. Indonesia Berdaya yakin, kita bisa jika kita bersama. (KJ-04/AM)