Guru Ngaji: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa yang Tak Pernah Lelah

Palembang DDNews – Di balik gemerlap Ramadhan, ada sosok-sosok mulia yang tak pernah lelah mengajarkan Al-Quran kepada generasi penerus. Mereka adalah para guru ngaji tradisional, pahlawan tanpa tanda jasa yang rela mengabdikan diri tanpa mengharapkan imbalan. Namun, dedikasi mereka seringkali luput dari perhatian.

Seperti sosok Ustadz Abdul Halim. Ia mendedikasikan waktunya untuk mengajarkan ilmu dasar dalam membaca Al-Quran kepada anak-anak di sekitar domisili tempat tinggalnya.

Dalam kesempatan pertemuan dengan relawan Dompet Dhuafa (DD)M Sumatera Selatan (Sumsel). Ia mengungkapkan fenomena yang cukup mengganggunya.

Ia sering melihat anak-anak yang putus mengaji di tengah jalan, karena malu. Ya, mereka anak-anak ini, kehilangan kepercayaan diri setelah mengaji sekian lama, namun tidak pindah naik ke Al Quran. Masih mengulang-ngulang di Iqra.

“Sedih melihat anak-anak ini berhenti ngaji di Musholla karena malu bertahun-tahun tidak pindah-pindah ke Al Quran, akhirnya saya ajak mereka untuk ngaji ke rumah saya,” ungkap Ustadz Abdul Halim, di rumahnya.

“Alhamdulillah sekarang mereka sudah ada kemajuan,” ungkap guru ngaji asal Banyuasin ini, dengan mata berkaca-kaca.

Ustadz Abdul Halim tak kuasa menahan isak saat menceritakan kondisi anak-anak didiknya.

***

Bagaimanapun, mengaji adalah kemampuan dasar dari seorang muslim. Jika lewat masa mengaji di usia kanak-kanak, maka dapat dipastikan, belajar mengaji di usia dewasa akan jauh lebih sulit lagi.

Untuk itu, ia rela mendedikasikan usianya untuk membantu anak-anak agar lancar mengaji dan mengenal huruf-huruf hijaiyah dengan lebih baik.

Kisah Ustadz Abdul Halim ini adalah satu dari sekian banyak kisah inspiratif para guru ngaji tradisional. Mereka mengajar dengan penuh cinta dan kesabaran, meski dihadapkan dengan berbagai keterbatasan. Dedikasi mereka adalah bukti nyata bahwa cinta pada Al-Quran tak mengenal lelah.

Sebagai bentuk apresiasi dan kepedulian, Dompet Dhuafa Sumsel menyalurkan hadiah guru ngaji kepada 95 guru ngaji tradisional di 11 kabupaten/kota di Sumatera Selatan. Hadiah ini merupakan wujud terima kasih dari para donatur kepada para guru ngaji yang telah berjuang mencetak generasi Qur’ani.

“Ramadhan ini merupakan momen yang tepat untuk menyalurkan hadiah atau berbagi kebahagiaan kepada guru-guru ngaji ini,” ujar Ahmad Rais, PIC penyaluran hadiah dari DD Sumsel.

“Respon positif dan ucapan terima kasih dari para penerima manfaat adalah bukti nyata betapa hadiah ini sangat berarti bagi mereka,” sambungnya.

Hadiah yang diberikan mungkin tidak sebanding dengan jasa mereka, namun diharapkan dapat memberikan dukungan moral dan material agar para guru ngaji dapat terus mengajar dengan semangat dan ketulusan. Karena di tangan merekalah, Al-Qur’an terus hidup dan mengalir, menerangi hati generasi demi generasi.

Sebaran 11 wilayah kabupaten/kota yang mendapatkan hadiah guru ngaji adalah Palembang, Banyuasin, Musi Banyuasin, Ogan Ilir, Ogan Komering Ulu, Empat Lawang, Penukal Abab Lematang Ilir, Lahat, Muara Enim, Musi Rawas, dan Musi Rawas Utara.

Selain program hadiah untuk guru ngaji tradisional, Dompet Dhuafa juga memiliki program Kado Ramadhan untuk Guru Honor Dompet Dhuafa. Program ini bertujuan untuk memberikan apresiasi kepada para guru honorer yang telah berdedikasi dalam mendidik generasi muda di sekolah-sekolah yang dikelola oleh Dompet Dhuafa. Dengan adanya program ini, diharapkan para guru honorer dapat merasakan kebahagiaan di bulan Ramadhan dan semakin termotivasi untuk memberikan pendidikan yang berkualitas bagi para siswa. (Kontributor : Ahmad Rais, Editor : Harpani)

Leave a Comment