.
Membaca, menulis, dan berbicara merupakan tiga kompetensi yang diasah dalam berliterasi, baik bagi siswa, guru, maupun kepala sekolah. Pada tahun kedua, enam sekolah dampingan Sekolah Literasi Indonesia Dompet Dhuafa Pendidikan di Ogan Ilir menjalani dua pelatihan yang diperuntukkan bagi guru-guru dan kepala sekolah. Pelatihan pertama yaitu Kelas Literasi Terpadu dan pelatihan kedua yaitu Penelitian Tindakan Kelas.
.
Kedua pelatihan tersebut dilaksanakan di masing-masing sekolah dengan harapan agar guru yang terlibat lebih maksimal. Selain itu, sistem pelatihannya berupa diskusi agar antara Kawan (Konsultan Relawan) dan guru terjadi timbal balik sehingga materi pelatihan terserap efektif.
.
Pelatihan pertama diawali oleh SDN 24 Indralaya pada tanggal 21 Januari 2019 dengan materi Kelas Literasi Terpadu. Pada materi ini, Kawan dan guru-guru membahas bahwa kelas literasi terpadu merupakan program kekhasan Sekolah Literasi Indonesia yang sasarannya terbagi menjadi dua. Pertama untuk siswa, berupa ceruk ilmu, program gemari baca, program literasi karakter, dan kelompok jurnalis. Sedangkan kelas literasi terpadu guru berupa ceruk ilmu guru, learning community, dan kronik. Mengingat bahwa seluruh program tersebut telah dilakukan, diharapkan agar seluruh elemen sekolah bekerja sama untuk tetap mengkonsistenkannya.
.
Adapun pelatihan terakhir ditutup di SDN 08 Indralaya Utara pada tanggal 15 Februari 2019 dengan materi Penelitian Tindakan Kelas. Pada pelatihan ini, output yang ditargetkan adalah agar guru-guru mampu memahami PTK dan membuat proposal PTK.
.
Seluruh rangkaian pelatihan diikuti dengan baik oleh sebagian besar guru-guru. Meski sistem pelatihan saat ini berbeda, tetap tidak menyurutkan semangat guru-guru untuk menjadi pribadi pembelajar. Terbukti pada pengisian lembar evaluasi, mayoritas guru menyatakan bahwa pelatihan sangat bermanfaat dan sesuai dengan apa yang mereka butuhkan. Tanggung jawab berliterasi tidak hanya untuk siswa, melainkan guru juga.
