Kiprah mubaligh satu itu tak lagi bisa dipandang sebelah mata. Di saat banyak mubaligh banyak yang memilih aman untuk melakukan dakwah dari masjid ke masjid di dalam kota saja. Maka seorang Umar Said, memilih menyelamatkan akidah kaum muslim yang ada di pedalaman.
Adalah di awal tahun 2000-an, beliau mulai masuk ke daerah pedalaman khususnya daerah jalur. “Waktu itu kita coba tanya kepada para senior. Enaknya kemana dulu berdakwah ini”, ujar suami dari Niam Muflikhah ini.
“Mereka menyarankan coba masuk ke daerah Jalur. Soalnya di daeah transmigran tersebut masyarakatnya butuh pendampingan, katanya lagi gencar upaya pendangkalan akidah melalui bantuan sosial”, kenangnya.
Sejak dari itu, Umar dan beberapa orang rekan berupaya masuk ke daerah jalur. Mulanya mereka mendapat sedikit hambatan. Namun menurutnya bukan dari masyarakat ataupun misionarisnya. Melainkan dari perangkat desa.
“Waktu kita baru masuk, langsung dibilangi sama Kepala Desanya, ‘Pak, tolong jangan macam-macam. Kita di sini sudah rukun’. Saya cuma senyum saja menanggapinya. Dan tetap saja berdakwah”, ujarnya.
Secara perlahan, upaya yang dilakukan oleh Umar Said membuahkan hasil. Di daerah Desa Sumber Makmur Jembatan III Jalur 20 Banyuasin kita tegak sebuah mushallah dan juga Pesantren. Sebanding lurus dengan kegiatan keagamaan masyarakat di sekitarnya yang mulai menggeliat.
Umar menyadari betul masyarakat di sana butuh perhatian. “Kita hadir di sana saja mereka sudah sangat senang. Ada saudara seiman yang peduli dengan mereka. Awal-awal kita masuk dulu, kita bawa makan sendiri serta perlengkapan ibadah yang mungkin mereka butuhkan. Tapi sekarang justru mereka yang menjamu. Mereka bilang, ‘Pak Umar sudah jangan bawa apa-apa lagi. Biar kami saja, malu. Masak tamu kok tidak disambut”, kenangnya tergelak.
Tentang jalan hidupnya yang sekarang memilih menjadi seorang dai, tak lepas dari doa dan keinginan ibunya. “Dulu sebenarnya saya ingin menjadi teknokrat. Tapi maunya ibu saya jadi dai. Akhirnya saya musti mengulang dulu satu tahun bersekolah di tsanawiyah sebelum masuk ke PGA. Lalu baru masuk ke IAIN Raden Fatah palembang”.
Nah, pada saat beliau ikut Kuliah Kerja Nyata (KKN) inilah kemampuan berdakwahnya keluar. Teman-temannya melihat, Umar ini berbakat menjadi mubaligh. Maka sejak itulah, ia menyiapkan diri sebaik-baiknya agar dapat diterima kalangan masyarakat umum.
Saat ini ia merasa bersyukur bisa bekerjasama dengan Dompet Dhuafa Sumatera Selatan dalam aktivitas dakwah ke daerah Jalur dan daerah pelosok lainnya.
Atas peranannya pula, Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) DD Sumsel bisa masuk ke daerah jalur 18, Jalur 20 dan Sungai Rengit Banyuasin, melalui wadah Mualaf Center yang dipimpinnya. Bahkan di salah satu desa juga telah didirikan Pos Kesehatan permanen guna mendukung fasilitas kesehatan berupa Puskesmas pemerintah, yang jaraknya jauh dari desa. Sekitar 18 km.
Dan program besar yang ingin ia wujudkan bersama DD Sumsel saat ini adalah pengadaan Speedboat Ambulans untuk wilayah perairan. ia berharap banyak piham yang terketuk nuraninya untuk membantu proyek amal jariyah tersebut, guna membantu para dhuafa di daerah Jalur untuk mendapatkan akses rujukan ke fasilitas kesehatan di Palembang yang lebih lengkap. (KJ-04)