Aktivitas kerelewanan atau volunteer sudah semarak gaungnya sampai hari ini di tengah masyarakat kita yang semakin tinggi tingkat kepeduliannya antar sesama. Mulai dari aksi-aksi kemanusiaan sederhana, hinnga beragam aktifitas spesialisasi yang bisa dihadirkan dengan semangat kerelawanan dan diinisiasi oleh lembaga kemanusiaan sejenis Dompet Dhuafa.
Model kerelawanan sebenernya sudah lama dikenal dalam lingkungan Dompet Dhuafa (DD) Sumatera Selatan. Namun pengelolaannya baru dimulai sekitar bulan Maret tahun 2014 lalu. Di awal kehadirannya, ada ratusan anak-anak muda yang kemudian bersedia untuk berkontribusi membantu dalam beragam aktifitas kepedulian yang dijalankan oleh Dompet Dhuafa.
Potensi semangat kepedulian yang tinggi itu menjadi kabar gembira bagi lembaga yang mendedikasikan gerakannya untuk kemaslahatan ummat, termasuk juga angin segar bagi Dompet Dhuafa Sumsel karena banyak sekali agenda program yang bisa disinergikan dengan sumber daya volunteer.
Salah satu dari sekian tenaga profesional yang terpanggil jiwa kemanusiaannya adalah drg. Mona Rusdini. Awalnya ia berprofesi tunggal sebagai dokter gigi yang bekerja profesional, sampai akhirnya ia mewakafkan sabagian waktunya untuk menjadi bagian dari gerakan kerelawanan.
“Motivasi saya menjadi seorang volunteer salah satunya adalah untuk profesi saya agar menjadi lebih bermanfaat. Bukan hanya bagi masyarakat umum tapi juga bagi dhuafa. Karena bagi saya, mereka adalah bagian dari kita”, ujar Mona saat ditemui di ruang prakteknya di klinik Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) DD Sumsel.
Ia berujar, tak dipungkiri bahwa datang ke dokter gigi itu biayanya tidaklah murah untuk kaum dhuafa. “Kita tidak menutup mata, untuk bisa berkunjung ke ruang praktek seorang dokter gigi, pasien perlu menyiapkan dana – yang bisa jadi menurut pasien tersebut, tidaklah murah”.
Sehingga, ia mengaku dengan aktifitas kerelawanan ini bisa terus mengasah kepekaan sosial. “Kita jadi tahu terhadap mereka yang sebenarnya butuh datang berobat ke dokter gigi, tapi tidak punya biaya yang cukup”, senyum sulung dari lima bersaudara ini.
Bermula sejak mahasiswa Koas
Mona bercerita, informasi tentang volunteer/ relawan sendiri sebenarnya sudah lama didengar sejak waktu masih menjadi mahasiswa Koas.
“Saya sejak masih mahasiswa sudah sering ikut agenda bakti sosial (baksos) dan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut untuk anak-anak. Salah satunya kepada adik-adik yatim dhuafa di program Yatim Kreatif Indonesia (Yakin) Dompet Dhuafa (DD) Sumsel. Dan beberapa kali pula mengikuti baksos ke daerah-daerah terpencil bersama Rumah Zakat”, imbuhnya lagi.
Setelah lulus, partisipasi itu berlanjut menjadi seorang dokter gigi yang berada di bawah naungan LKC DD Sumsel hingga akhir tahun 2015. Mulai awal tahun 2016 menjadi tenaga volunteer dokter gigi di tempat yang sama.
“Bagi saya, banyak potensi yang bisa kita jadikan sebagai modal untuk berkontribusi dalam beragam aktifitas sosial dan kemanusiaan seperti yang sudah dilakukan oleh Dompet Dhuafa”.
Ia menjamin, meskipun berposisi sebagai volunteer namun dalam pengambilan tindakan medis selalu bertumpu pada prinsip-prinsip profesionalisme seorang tenaga medis. Tidaklah asal-asalan.
Saat ini, ia mengalokasikan waktu untuk menjadi dokter jaga di Poligigi LKC DD Sumsel dengan jadwal setiap hari Selasa pukul 13.00 hingga 16.00 WIB. Di ujung wawancara, ia mendorong kepada rekan sejawat dan masyatakat umum agar bisa pula segera terjun dan bergabung dalam aktivitas kerelawanan ini.
“Semangat dan aktifitas sebagai volunteer di LKC ini semoga juga dapat menular kepada rekan-rekan sejawat dan kepada masyarakat umum yang memiliki profesi beragam”, tutupnya. (KJ-04/*)