Alhamdulillah, dana penghimpunan lunasi dan renovasi rumah sang Guru Ngaji, Pak Dam di Dompet Dhuafa (DD) Sumsel sudah disalurkan, Senin (26/3).
Dana total yang disalurkan oleh DD Sumsel sebesar Rp 10.000.000 ,- yang langsung di serahkan oleh Pimcab DD Sumsel, Kusworo Nursidik kepada Pak Dam di kediamannya di Sebrang Ulu I, Palembang.
Terimakasih kepada semua pihak yang membantu, semoga menjadi amal soleh untuk kita semua. Aamin Yra.
Sekilas mengenai kisah hidup Pak Dam, Sang Guru Ngaji
Lelaki tua ini bernama, Ahmad Damanhuri. Kesehariannya, Pak Dam (Sapaan Akrabnya) adalah seorang guru ngaji di kampungnya, Jl. Faqih Usman Lr. Sintren, Seberang Ulu I, Palembang. Sudah mulai mengajar ngaji sejak tahun 1975, Kini usianya sudah masuk 68 tahun, ia tua dan renta.
Selama ia mengajar ngaji Pak Dam tidak pernah mengharapkan bayaran dari anak-anak yang diajarnya, semua sukarela.
“saya dulu selain mengajar ngaji juga buka warung kecil-kecilan, tapi karena modal harus tutup dan sekarang hanya fokus mengajr ngaji anak-anak kampung ini. Tidak pernah saya, selama 42 tahun mengajar ngaji menentukan tarif. Saya ikhlas, lillahita’ala. Biarlah Allah yang mengatur rezeki saya,” Jelas Pak Dam
Pak Dam hidup dari uang sukarela anak-anak pengajian yang membayarnya, yang menurut Pak Dam tak menentu. 150 ribu perbulah saja itu sudah sangat besar menurut Pak Dam.
Sebelumnya Pak Dam tinggal bersama Isteri, anaknya perempuan semata wayangnya merantu ke Batam untuk bekerja. Namun semenjak tahun 2011 Pak Dam harus tinggal sendiri dipondok reot miliknya, Isteri tercinta yang selalu setia mendampinginya pergi mendahuluinya menghadap Sang Khaliq.
Sejak tahun 2009, isteri Pak Dam mulai sakit-sakitan. Penyakit tua kata Pak Dam. Belakangan setelah diperiksa dirumah sakit ternyata sang Isteri menderita komplikasi. Satu tahun lebih Pak Dam berikhtiar untuk terus dan selalu memeriksakan penyakit istrinya ini ke dokter, berharap Allah menyabut penyakit itu dan kemudian sang isteri bisa sehat kembali seperti sedia kala. Tak sedikit biaya yang harus Pak Dam keluarkan untuk biaya pengobatan sang isteri, bahkan Pak Dam harus menggadaikan rumah yang ia tinggali sebesar 30 juta rupiah untuk membantu pengobatan isteri tercinta.
Beberapa tahun terakhir kini Ia tinggal bersama anak, menantu, dan satu cucunya yang kemudian pulang dan menetap bersama Pak Dam setelah Ibunya meninggal untuk merawat Pak Dam. Namun perekonomian Pak Dam belum juga membaik, hingga kini hutang 30 juta pak Dam belum juga terbayarkan. Anaknya yang mengurusnya dirumah dan menantunya yang hanya seorang tukang pangkas rambut tak banyak membantu perekonomian keluarga, untuk makanpun sulit apalagi untuk membayar hutang yang sebegitu besar jumlahnya.
Kini Pak Dam dan keluarga disebuah rumah yang jauh dari kata layak huni. Tiang-tiang penyangga rumah sudah mulai keropos dan beberapa sudah ada yang patah, sehingga membuat rumah yang di tinggali Pak Dam ini menjadi miring stuktur rumahnya dan tentu saja tidak kokoh lagi. Rumah yang terbuat dari kayu ini, nampak termakan usia. Beberapa bagian bahkan habis dimakan rayap, seperti di pintu, jendela, atap , dan juga beberapa bagian lantainya sehingga harus sedikit berhati-hati berjalan dilantai rumah yang ia bangun tahun 1997 ini. Belum lagi hidup dalam bayang-bayang hutang yang besar diusianya sudah senja, kondisi Pak Dam sungguh menggugah hati nurani.
Pak Dam, seorang guru ngaji tua yang terhimpit hutang dan tinggal di rumah yang jauh dari kata layak huni di usia senjanya. Kisahnya menggugah hati nurani. Pak Dam butuh bantuan kita.