Bila perusahaan pada umumnya mempunyai produk berbentuk barang yang dijual, maka bagi lembaga amil zakat seperti Dompet Dhufa Sumsel, yang menjadi jualannya adalah program. Tentu saja bukan sembarang program, melainkan program yang dikemas secara kreatif dan menarik yang semata-mata dibuat untuk meningkatkan harkat dan martabat kaum dhuafa.
Bagi lembaga kemanusiaan seperti DD Sumsel, program mau tak mau harus bisa memberikan diferensiasi dalam hal isi dan yang tak kalah penting adalah bagaimana program tersebut memberikan berdayaguna. Efisien dalam pelaksanaan, efektif dalam mencapai tujuan akhirnya.
Terkait dengan hal itulah, selama dua hari, Rabu dan Kamis (24-25/4) dua orang perwakilan Dompet Dhuafa Sumatera Selatan mengikuti Pelatihan Pendayagunaan yang diadakan oleh Divisi Pengembangan Jaringan DD dan PT. IMZ, dan mengambil tempat di Lembaga Pengembangan Insani (LPI) DD Parung Bogor. Yuliani (Head of Education Program) mewakili Program dan Kartini (Head of Community Fundraising) mewakili Fundraising ditunjuk untuk mengikuti kegiatan tersebut.
Kegiatan yang mengundang seluruh cabang dan perwakilan DD se-Nusantara ini, dibuka langsung dengan games perkenalan. Gamesnya cukup unik. Seluruh peserta diminta untuk meletakkan hapenya di depan. “Lalu, masing-masing dipersilahkan untuk mengambil hape yang bukan miliknya. Kemudian para peserta dipersilahkan untuk mencari siapa pemilik hape yang mereka ambil dan meminta tiga hal menarik pada pemilik hape itu”, cerita Yuliani.
Kegiatan kemudian langsung ke pelatihan bagaimana cara penyusunan proposal yang baik. Pembicaranya adalah Ahmad Yani. Dimulai dari implementasi kerangka kerja logis, yakni membuat pohon analisis masalah dan sasaran program sebagai dasar perencanaan program yang terukur dan sistematis, membuat analisis masalah hingga analisis solusi serta menyusun matriks perencanaan program.
“Pelatihan dimulai dengan bagaimana cara menyusun proposal program yang baik. Mulai dari identifikasi masalah, analisis masalah, analisis tujuan, metode, indikator, anggaran hingga monitoring. Lalu, para peserta dibagi menjadi tiga kelompok. Kami diminta untuk diminta membuat analisis masalah. Dan alhamdulillah, kelompok kami dinilai oleh pembicara bagus saat presentasi proposal”, bangga Ani.
Analisis masalah yang diangkat kelompoknya, cerita Ani, yakni meningginya tingkat gizi buruk di Provinsi NTB. “Mungkin karena di dalam analisis masalah itu kami membuat pohon analisis masalah, sesuai dengan alur cara mengidentifikasi masalah seperti yang disampaikan sebelumnya oleh pembicara”, lanjutnya.
Tujuan dari pelatihan ini sendiri tak lain adalah untuk mengevaluasi sejauh mana program layak untuk dilanjutkan berdasarkan dampak yang diberikan ke masyarakat. Evaluasi ini bisa dilaksanakan tentunya melalui perencanaan yang sistematis disertai indikator keberhasilan program yang baik.
Sedangkan hari kedua, difokuskan pada bidang Fundraising yang menghadirkan pembicara nasional seperti Ahmad Juwaini (Filosofi dan konsep pendayagunaan DD), Nugroho Indera Warman (basis data relawan) dan Tektano Grandyanto Dwi Satrio (Model pendayagunaan DD). Pelatihan selama dua hari ini, diikuti oleh 17 peserta yang merupakan perwakilan dari Sumsel, Jabar Jatim, Jateng, Riau, Banten, Bali, Yogjakarta, NTB dan Kaltim. (KJ-04)