“Waktunya tinggal 45 menit lagi. Masing-masing kelompok harap segera menyelesaikan masakannya”, teriak M Ridwan Kepsek Yatim Kreatif Indonesia (Yakin) melalui loudspeaker. Kontan saja, suara protes terdengar menggema diawali dengan koor “Yaaaa.. kak!” meningkahi wajah kecut mereka. “Tidak adil!”, ujar peserta dari kelompok masak Sate Ayam, karena belum satupun sate yang matang, karena kelamaan menghidupkan baranya tadi.
Begitulah suasana nan sibuk bak acara reality show memasak di salah satu stasiun televisi swasta. Hari itu, Ahad (19/5) anak-anak Yakin memang dikhususkan dengan kegiatan memasak. Lepas dari semua rutinitas pekanan, santai sejenak dari beban belajar dan tugas di sekolah. Tak terkecuali kakak asuh dan pembina ekskul, lebur dengan adik-adik asuh mereka. Suasana hangat dan akrab terjalin. Ada tawa di sela asap bara api yang lambat menjadi. Ada gelak canda saat lidah mencicip pempek panggang yang masih mentah di bagian tengah.
Anak Yakin berlomba mempersiapkan menu masakan yang menjadi tugas kelompok mereka. Di satu sudut, Adesta pembina ekskul trashic (trash music) terlihat paling sigap membolak-balik tusuk sate dibantu kipas-kipas mungil dari peserta kelompoknya. Di sudut yang lain Bang Obek bersama Umam musti keluar dulu cari arang tambahan. Ternyata arang tiga kantong yang dibawa pagi tadi kurang banyak!
Sementara Kak Vina dan Kak Muti, pembina ekskul Tari dan Tarik Suara, menjadi ‘tim-pencicip-tak-resmi’ yang berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lain, menilai masakan. Karena tugas kelompok mereka membuat sop buah sudah selesai.
Begitulah. Hari itu memang dimaksudkan untuk memberikan variasi kegiatan bagi para peserta Yakin. “Kita memberi kesempatan refreshing buat adik-adik dan juga kepada kakak asuh. Sebenarnya kegiatan ini semula akan dilaksanakan minggu kemarin. Cuma mungkin karena mereka masih capek sehabis mempersiapkan launching Kampus Yakin (Ahad 3/5 , red) lalu, maka baru bisa dilaksanakan Pekan ini”, ujar M Ridwan.
Kegiatan ini tak hanya melibatkan Anak Yakin, kakak asuh dan pembina ekskul, para ibu yang biasanya setia menemani mereka setiap pekan, juga dilibatkan secara penuh. Maka berkolaborasilah semuanya. Ada yang ikut memotong dan membersihkan ayam, membantu membuat adonan otak-otak, mengajari cara membuat sambal pempek panggang dan sebagainya.
Merapat tengah hari, masakan yang telah matang kemudian digabungkan dan dihidangkan bersama di Saung. Terhamparlah aneka masakan yang mereka buat tadi. Mulai dari sate, tumis kangkung, otak-otak, pempek panggang hingga sop buah. Nasi? Mereka bawa sendiri dari rumah. Aneka rasa tercipta dari yang kematangan hingga yang masih berasa mentah. Dari yang hambar hingga yang keasinan. Tapi semua lahap siang itu. Betapa nikmat mencecap masakan sendiri yang dibuat dengan sedikit berlelah-lelah.
Yatim Kreatif Indonesia sendiri merupakan program unggulan di bawah pembinaan Dompet Dhuafa Sumatera Selatan. Saat ini telah membina sebanyak 75 orang anak yatim dhuafa yang berasal dari beberapa daerah pinggiran di dalam Kota Palembang. Mereka dibina dengan pendekatan ruhiyah dan dengan semangat character building and life skill. Selain itu kepada ibu-ibu mereka juga diberikan pembinaan keterampilan sembari mereka menemani putra-putri mereka belajar di Kampus Yakin setiap pekannya. (KJ-04)