Bincang Santai Hingga Cerita Haru, Berikan Inspirasi Sesama Relawan

Ada yang unik dari pelaksanaan Kemah Relawan Dompet Dhuafa 2019. Malam kedua, ratusan relawan berkumpul di tengah lapangan dengan mengelilingi nyala kobaran api unggun. Belantara hutan Taman Nasional Baluran serasa lebih hangat dengan penampilan hiburan dari para peserta. Bergantian tanpa urutan, mereka menampilkan persembahan dari masing-masing daerah. Ada yang bernyanyi lagu ‘Kita’ Sheila on 7 versi bahasa Jawa, seperti yang ditampilakan relawan asal Jawa Timur. Ada juga yang mengajak menari bersama tarian daerah, yang ditampilkan relawan dari Indonesia Timur. Semua mempersembahkan yang terbaik.

Tapi inspirasi datang ketika semua suka-cita itu selesai. Para peserta membentuk barisan, dengan empat perwakilan relawan asal berbagai daerah menjadi pemantik sesi Sharing Sesion. Masing-masing relawan menceritakan pengalaman terbaiknya ketika menjadi relawan.

“Pertama menjadi relawan ketika erupsi merapi 2010, halaman rumah saya saat itu menjadi salah satu posko Disaster Management Center (DMC). Lucunya, saat itu saya jadi relawan yang mengurus pengungsi, namun saya sendiri juga menjadi pengungsi,” terang Sanati Santoso, relawan asal Magelang, Jawa Tengah ketika menceritakan pertemuanya dengan dunia relawan.

Bukan hanya mengenai pengalaman dunia relawan, sharing session juga mewadahi peserta untuk mencurahkan keluh kesahnya dalam forum tersebut. Salah satu peserta mengeluhkan mengenai sulitnya ia mendapatkan izin istri ketika ada panggilan kerelawanan.

“Saya itu kalau ada panggilan kemanusiaan, kudu debat lama dulu dengan istri. Ada yang gol ada yang tidak, hehe,” terang salah satu peserta menyampaikan keluhanya.

Relawan lain ikut memberikan tanggapanya. Ada yang serius, namun juga banyak yang menanggapinya dengan santai.

“Alhamdulillah istri sudah paham mengenai hobi saya, yaitu relawan. Jadi saya termasuk beruntung, kalau yang tidak beruntung, kompromi lagi lah dengan istri haha,” terang Salim, asal Makassar sambil bercanda.

“Pernah ada protes dari anak saya ke suami. Tanya kenapa ko ibu dibiarin keluar jauh-jauh sendiri. Alhamdulillah suami saya lebih bijak, dan bilang ke anak saya. Kalau dengan izin suami, tentu tidak apa saya jauh dari rumah. Karena Ridho suami adalah ridho Allah katanya,” terang Suprapti, santai.

“Namun kalau apapun itu, tunjukan kalau apa yang kita lakukan ini baik dan ikut membantu orang banyak. Ketika mereka mengetahuinya, pasti mereka akan mendukung,” tambah Suprapti, sedikit memberikan solusi.

Mengingat kesokan harinya mereka akan berpisah, tentu menjadi momen berharga untuk saling bercengkrama sesama relawan. Terbiasa bertemu di situasi bencana, mereka kini berbincang santai di tengah nuansa alam khas Hutan Baluran. Beberapa ada yang bahagia, sebagian ikut terharu tanda sulit untuk berpisah. Namun para relawan setuju atas satu konsensus tak tertulis, bahwa relawan siap untuk membantu yang membutuhkan, di manapun dan kapanpun bencana terjadi.

“Yang kita rasakan sama, panggilan kemanusiaan di manapun berada, dan saat itu bisa, pasti akan turun ikut menolong,” ujar salah satu peserta nyaring.

bagikan ke >>

WhatsApp
Facebook
Twitter