Di kampus Yatim Kreatif Indonesia (Yakin) Dompet Dhuafa (DD) Sumsel, banyak jenis keterampilan yang diajarkan kepada adik-adiknya. Di antaranya ada seni musik, seni tari, kerajinan tangan dan sebagainya. Seni Tari termasuk yang paling intens diajarkan di Kampus Yakin ini. Di bawah pembinaan kakak asuhnya, ekskul tari sering diundang untuk tampil di beberapa acara. Firdhy Khirana Eba (23), itulah nama kakak asuh yang membidani peningkatan skill tari adik-adik Yakin.
Bergabungnya Fina – demikian panggilan akrabnya, di Kampus Yakin, sebenarnya tidaklah direncanakan. Mulanya, Fina mengaku diminta untuk menggantikan mentor tari yang waktu itu baru mengajar dua kali. “Jadi saya mulai mengajar tari di Yakin itu pada minggu ketiga. Melihat anak-anak yang antusias bikin saya semangat untuk mengajar”, ujarnya mengenang masa-masa awal bergabung.
Walaupun menurutnya, saat itu anak-anak Yakin masih sangat susah diatur. Terutama anak laki-lakinya yang cenderung melawan sehingga kebanyakan kakak asuhnya kewalahan. Tapi entah apa sebabnya, Fina malah ketagihan berkumpul bersama mereka. Hingga sampai sekarang Fina betah menjadi mentor tari di Kampus Yakin.
Saat ditanya tentang suka duka selama bergabung di Kampus Yakin, Fina kembali mengenang masa-masa saat Yakin belum memiliki tempat tetap.
“Dulu saya sempat merasa sedih karena kami belajar menumpang di tempat-tempat yang berbeda. Sempat di awal dulu menumpang di Sekolah Alam (Bukit Siguntang, red) lalu berpindah-pindah ke masjid-masjid”, kenang mahasiswi Unsri ini.
Bahkan, ia mengaku sangat sedih saat dulu sempat menumpang belajar di teras Masjid Al Falah, karena tidak boleh belajar di dalam. “Mungkin karena suara anak-anak Yakin yang terlalu ribut dan dianggap mengganggu ibadah”.
Namun untunglah, kemudian ada donatur yang mewakafkan penggunaan lahan untuk Kampus Yakin, sekaligus mendirikan beberapa saung semi permanen di lahan tersebut. “Alhamdulillah, kita semua merasa sangat bersyukur dengan adanya tempat yang sekarang. Hanya itu duka yang saya rasakan selama mengajar di yakin, selebihnya banyak keseruan yang saya alami setiap minggunya”, beber Fina.
Mengajar anak-anak Yakin, butuh sedikit kreatifitas agar apa yang disampaikan bisa dimengerti dan mudah untuk ditiru. Untuk mengakalinya, Ia berusaha menerapkan konsep ‘Adik dan Kakak’ selama menjadi mentor Yakin.
“Jadi saya itu mengajar mereka selayaknya saya mengajar adik-adik saya. Jadi mereka tidak tegang dan lebih mudah menerima apa yang saya ajarkan kepada mereka. Saya menjadikan mereka adik saya sekaligus teman bermain saya”, ujarnya.
Karena, baginya, setiap anak memiliki cara yang unik dalam menerima pelajaran. Ada yang cepat, ada yang lambat. Salah satu cata menyiasatinya, adalah dengan menyelipkan candaan-candaan yang bisa membuat mereka tertawa. Dengan tertawa, mereka bisa jadi lebih rileks. Dengan pikiran yang rileks mereka jadi lebih mudah menangkap apa yang ia ajarkan.
“Selain itu pula, saya menerapkan konsep sharing. Di mana anak-anak yang lebih dulu bisa akan mengajarkan temannya yang masih belum bisa. Jadi sesama mereka juga akan semakin akrab”, cecar Fina membuka kiatnya dalam mengajar kesenian tari.
Dalam kurun waktu tiga tahun bersama Yakin, banyak sudah kisah dan kenangan yang terukir manis. Fina berharap program ini akan berjalan terus, karena kegiatan yakin ini sangat banyak memberi manfaat buat anak-anak binaan baik dari segi agama, pergaulan, dan keterampilan mereka. (KJ-04/*)