Matanya masih awas melihat pola baju. Tangannya cekatan menata potongan dasar baju, seirama dengan kakinya yang memutar roda mesin jahit. Di usinya yang memasuki setengah abad, Asma (48) masih sigap mencari nafkah untuk ke dua orang anaknya dan juga enam orang anak ayuknya (almh.) yang sudah yatim piatu. Jadilah Asma, dengan segala keterbatasan tetap ikhlas dan setia membesarkan ke delapan anaknya itu.
“Suami saya memang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Jadinya saya yang mengurus kedua anak ini”, ujar Asma saat ditemui di rumahnya yang amat sederhana, di bilangan Demang Lebar Daun tak jauh dari jembatan layang Simpang Polda.
Asma adalah orangtua dari Cahyadi (13), peserta program Yatim Kreatif Indonesia (Yakin) Dompet Dhuafa (DD) Sumatera Selatan. Menjadi single parent tidak menjadikan Asma lemah. Dengan keterampilan menjahit yang ia miliki, Asma tak hanya mampu menghidupi anaknya yang masih kecil namun juga sekaligus ke enam anak ayuknya, sampai menikahkannya beberapa waktu yang lalu.
“Beginilah hidup saya, walaupun kata orang Cuma penjahit, tapi alhamdulillah bisa menghidupi anak”, ujarnya ramah.
Dari keterlibatannya dengan ibu-ibu janda lainnya yang sama-sama mengikuti program Yakin, DD Sumsel mempercayakan pembuatan seragam anak Yakin kepada Asma. Namun berhubung mesin jahit yang dipunyai oleh Asma Cuma satu dan mulai sering macet, maka DD Sumsel melalui program Ibu Tangguh memberikan bantuan berupa satu set mesin jahit baru kepada Asma.
“Alhamdulillah, DD Sumsel memberikan bantuan alat jahit ini, sangat membantu. Saya sekarang bisa bekerja lebih cepat menyelesaikan pesanan, ditambah satu orang karyawannnya”, ujarnya.
Menurut Asma, ia sendiri tidak mematok harga khusus dari upah jahit. Karena rata-rata pelanggannya adalah orang lama. Sehingga Asma tidak terlalu mempermasalahkan mengenai biaya. “Malah mereka yang kadang melebihkan, mengirim makanan dan sebagainya”, tukas ibu dua orang anak ini. Ia mengaku, ada juga pelanggannya yang sudah pindah keluar kota namun masih mempercayakan urusan jahitan kepada dirinya.
“Mereka itu kadang mengirimkan bahan dan contoh ukuran lewat pos, nanti hasil jahitan saya kirimkan lewat pos juga. Sudah online kata anak sekarang”, ujar Asma tertawa lepas.
Wanita kelahiran Palembang 16 November 1955 ini menyebutkan, kegiatan menjahit telah dilakukannya sejak tahun 1989. Namun usahanya sempat terganggu lantaran mesin jahitnya sempat mengalami kerusakan dan akhirnya tidak dapat digunakan sementara waktu.
“Butuh waktu yang lama untuk memperbaikinya. Saya selalu berdoa kepada Allah agar nanti ada yang bisa membantu saya untuk mendapatkan mesin jahit baru dan Alhamdulillah, doa itu terkabul tepatnya pada bulan September 2013,” kenang Asma saat mendapatkan mesin jahit baru dari DD Sumsel.
Yuliani, staf DD Sumsel yang turut mendampingi kunjungan pada hari itu mengungkapkan bahwa program Ibu Tangguh merupakan salah satu program pemberdayaan ekonomi bagi kaum dhuafa, terlebih lagi bagi ibu-ibu janda yang menjadi orangtua yatim dhuafa dalam program Yakin DD Sumsel.
Selain menjahit, di rumahnya yang sederhana itu, Asma juga menjadi tenaga lepas Posyandu. Ia menjadikan rumahnya menjadi tempat beraktivitas Posyandu bernama Dahlia ini. Baginya, di usia sekarang harus banyak-banyak membantu orang. Selain itu, ia juga mengurus ibunya yang sudah sepuh. Rumah yang ia tinggali sekarang merupakan rumah ibunya. Rumah itu masih menganut pola rumah panggung, di mana ibunya tinggal di atas, sedangkan dirinya tinggal di bawah. (KJ-04)