Tak dipungkiri, dunia anak adalah dunia bermain. Tak heran, jika metode belajar yang dikembangkan saat ini terus mengarah kepada rangsangan motorik anak, di samping hanya terfokus pada pengembangan aspek intelegensia semata.
Metode ceramah yang selama ini lebih bersifat satu arah, guru mengajar dan anak hanya menerima saja. Maka dalam program School of Master Teacher (SMT) DD Sumsel, metode tersebut dilengkapi dengan metode visual dengan memanfaatkan alat peraga dan melibatkan anak dalam memahami materi pelajaran.
Hal tersebut diakui oleh Amelia Marly, guru Pendidikan Agama Islam di SDN 87 Jakabaring 15 Ulu Seberang Ulu I Palembang. “Motivasi anak menjadi lebih semangat ketimbang sbelumnya yang hanya ceramah di depan kelas”, ungkap Amelia.
Beberapa poin materi yang ia dapat dari perkuliahan SMT langsung coba ia terapkan di kelas. “Kemarin, saat mendapat materi tentang ‘Kelas Ceria Kelas Kreatif’ di SMT, besoknya langsung saya praktekkan. Saya buat papan apresiasi bagi siswa yang dapat menjawab soal dengan menyematkan nama mereka di papan tersebut, hasilnya siswa menjadi lebih bersemangat dalam belajar”, ungkap alumni Fakultas Tarbiyah UIN Raden Fatah Palembang ini bersemangat.
Seperti pada hari itu saat disambangi tim observasi dari SMT Palembang Selasa (22/3/2016), Amelia tengah mengajar mengenai gerakan shalat. Ia membawa beberapa alat peraga seperti poster shalat dan huruf hijaiyah yang ia buat sendiri.
“Adanya alat peraga huruf hijaiyah ini, memungkinkan anak lebih cepat menghafal dibanding sekedar menulis di papan tulis,” sampainya.
Begitu juga dengan penggunaan alat peraga berupa gambar gerakan sholat yang ditempel di papan tulis adalah sebagai media visual bagi siswa. Sehingga para siswa mudah memahaminya.
Tak hanya sampai di situ, demi mendapatkan suasana belajar yang ceria, Amelia sampai membentuk formasi kursi siswa selama jam pelajarannya. Per kelompok masing-masing berisi enam orang siswa.
Amelia merupakan salah satu peserta program SMT DD Sumsel. Dan pada kesempatan observasi hari kedua tersebut, ia disambangi oleh Tim SMT DD Sumsel guna melihat langsung penerapan keilmuan yang didapat dari program tersebut.
Ia merasakan betul manfaat dari program SMT ini. “Dulu ada beberapa siswa yang enggan untuk menulis. Setelah dipraktekkan dengan metode apresiasi berbentuk bintang-bintang yang ditulis di buku tulisnya, perlahan semangat menulis itu timbul dari siswa hingga saat ini sudah bisa diajak menulis”, tukas guru agama yang baru diangkat pada 2014 silam.
Dikatakan oleh Desty Rina Purnamasari fasilitator SMT yang bertugas selaku observer pada hari itu, observasi merupakan bentuk monitoring penerapan keilmuan yang didapat dari aktivitas perkuliahan SMT selama lima pekan terakhir.
“Observasi akan melihat perkembangan penyerapan ilmu pada peserta SMT dan bagaimana mereka menerjemahkannya di depan kelas masing-masing”, ujar Desty.
Sementara itu dari pihak sekolah sendiri, meminta agar senantiasa dilakukan pengawasan kepada guru sekolah mereka yang menjadi peserta SMT. “Harapan dari kami, minta tolong dipantau. Semua dalam upaya perbaikan kualitas guru. Program ini sangat membantu untuk perkembangan sekolah dan guru”, sampai Dra. Dwi Sartikawati Kepala Sekolah SDN 87 Jakabaring Palembang. (KJ-04/Wan)