Sedekah. Semoga kita semakin cerdas dalam memahami dan melaksanakannya. Betapa pintu sedekah ini telah disediakan oleh Allah Swt sebagai kemudahan dan bentuk kasih sayang-Nya kepada kaum muslim. Agar manusia tak selalu merasa sendiri dalam hidupnya. Agar hati-hati mereka tak senantiasa merasa keras akibat terlalu sibuk dengan kepentingan dirinya sendiri.
Bila kemudian ada sebutan keajaiban sedekah, matematika sedekah, perisai langit dan lainnya, itu merupakan ilmu-ilmu yang dikembangkan berdasarkan tafsir atas nash-nash yang ada serta pengalaman mereka yang telah merasakannya.
Semuanya sangat memotivasi seseorang untuk bersedekah. Di luar itu, sandaran kita sebagai seorang muslim adalah ridha ilahi. Cinta kepada Allah Swt. Keikhlasan memang penting, tidak mengharap pamrih mahluk. Namun, jangan sampai hanya karena terus-terusan takut tidak ikhlas, akhirnya tidak jadi beramal.
Ikhlas karena Allah memang sangat penting, namun sampai kita berusia baligh seperti ini, amalan apa yang benar-benar ikhlas kita lakukan? Hampir tidak ada. Bahkan seikhlas kita buang air di pagi hari pun belum pernah tercapai. Maka ikhlas adalah sebuah proses. Sebagai sebuah proses ia harus terus dipelajari. Harus terus dilakukan secara berkala. Rutin dengan intensitas yang bisa diteruskan meningkat.
Selain pintu sedekah, masih ada pintu-pintu kedermawanan lainnya yang Allah sediakan bagi kita. Yakni pintu zakat, infak dan sedekah. Mungkin dalam prosesnya, ada yang bertanya, mana yang paling utama antara zakat, infak dan sedekah?
Jawabannya, masing-masing memiliki keutamaan. Secara definisi zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan dalam kadar dan syarat tertentu pada jenis harta tertentu. Zakat termasuk salah satu rukun Islam dan ibadah yang diwajibkan. Sedang dalam hadits Qudsi Allah berfirman, “Tidak ada kebaikan yang dilakukan oleh hamba-Ku yang lebih Aku cintai melebihi apa yang aku wajibkan atas mereka.” (HR. Bukhari).
Adapun infak dan sedekah, dalam banyak ayat Allah menganjurkan hamba-Nya untuk berinfak serta menjanjikan balasan yang besar. Keduanya sama-sama memiliki keutamaan tergantung konteksnya. Infak adalah membelanjakan harta untuk kepentingan yang sifatnya masyru’ seperti menafkahi isteri dan membiayai sekolah anak, atau untuk kepentingan mubah seperti membeli kendaraan. Sedang sedekah memiliki definisi lebih luas yaitu segala bentuk pemberian yang dilakukan untuk mendapatkan pahala (al Jurjani, kitab at Ta’rifat, 138).
Jadi, sedekah bisa berupa harta, jasa bahkan senyum pun dihitung sedekah. Definisi infak dan sedekah menyatu pada pemberian harta yang bukan untuk kepentingan diri sendiri seperti donasi masjid, bencana, orang miskin, yatim dan lainnya.
Mencari Cinta di Keutamaan Sedekah
Mengenai sedekah atau infak yang paling utama, selain kadar keikhlasan, ada beberapa hal yang membuat nilai sedekah semakin tinggi. Tentunya yang dimaksud adalah sedekah harta atau infaq tathawu’. Semakin bisa kita menggapai keutamaan sedekah, maka semakin terasa dekat kecintaan Allah dengan kita, dan semakin luas pula kemanfaatan yang kita berikan.
Pertama dari segi orang yang memberi, khususnya mengenai kondisi dirinya pada saat bersedekah. Sedekah akan bernilai tinggi jika dilakukan ketika pemberi sedekah berada dalam kondisi sangat menginginkan harta dan takut jatuh miskin. Sebab dalam kondisi ini biasanya seseorang akan berat memberikan hartanya. Ia masih berangan akan menggunakan hartanya untuk membeli ini dan itu. Padahal sedekah dalam kondisi ini akan semakin berat pula pahalanya.
Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits dari Abu hurairah ra berkata,“Seseorang bertanya kepada Nabi Saw: ‘Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling afdhal?’ Beliau menjawab: ‘Engkau bersedekah ketika masih dalam keadaan sehat lagi loba (tamak), sangat ingin menjadi kaya, dan khawatir jatuh miskin. Jangan kau tunda hingga ruh sudah sampai di kerongkongan, baru berpesan : ‘Untuk si fulan sekian dan untuk si fulan sekian.’ Padahal harta itu sudah menjadi hak si fulan (ahli waris)’.” (HR Bukhari)
Ibnu Bathal menjelaskan, “Karena biasanya, rasa pelit itu muncul pada saat sehat, sehingga sedekah pada saat itu lebih jujur dan lebih besar pahalanya. Berbeda jika seseorang sudah putus asa dari kehidupan dan mulai dapat melihat bahwa hartanya sebentar lagi akan menjadi milik orang lain.” (Fathul Bariy V/13)
Hal ini semakin mempertegas, bahwa sedekah dalam keadaan sehat dan lapang sangat dianjurkan, guna mengikis kadar kebakhilan yang ada dalam diri saat harta berada dalam genggaman kita.
Kedua, dari segi kadar. Semakin banyak yang disedekahkan semakin baik. Hanya saja kadar banyak dan sedikitnya sedekah, ukurannya tidak melulu jumlah nominal tapi lebih pada kemampuan masing-masing. Sehingga yang paling utama adalah yang terbanyak dari prosentase kemampuan finansial setiap orang. Bagi orang kaya, sedekah seratus ribu barangkali tak lebih dari membuang receh. Tapi bagi yang miskin, boleh jadi jumlah itu adalah penghasilan selama seminggu bekerja.
Rasulullah Saw bersabda, “-Sedekah- satu dirham bisa melampaui 100 ribu dirham.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana bisa?” Rasulullah menjawab, “Seseorang hanya memiliki dua dirham lalu menyedekahkan satu dirham, sedang orang yang lain memiliki harta melimpah lalu mengambil sejumput hartanya senilai 100 ribu dirham, lalu ia bersedekah dengannya.“ (HR. an Nasa’i).
Ketiga, dari segi si penerima sedekah. Sedekah paling utama diberikan kepada sanak kerabat dan saudara muslim yang dekat. Rasulullah Saw bersabda, “Sedekah kepada orang miskin itu nilainya satu sedekah, tapi sedekah kepada orang memiliki hubungan kerabat bernilai sedekah sekaligus silaturahim.” (HR. an Nasa’i, dinilai shahih oleh Imam al Albani).
Tentunya hal ini jika tingkat kebutuhannya sama. Adapun jika orang yang tidak memiliki hubungan kerabat jauh lebih membutuhkan, tentunya dialah yang lebih berhak terhadap sedekah tersebut.
Keempat dari segi bentuk. Sedekah terbaik adalah sesuatu yang paling sesuai dengan kebutuhan. Seperti kita tahu, sedekah mencakup makna yang luas. Memberi bantuan uang, merelakan hutang, tenaga, jasa, perbuatan baik seperti senyum dan sebagainya. Jika yang dibutuhkan adalah bantuan tenaga, kadangkala memberikan uang justru akan dianggap merendahkan atau paling tidak si penerima tidak berkenan.
Ada kalanya juga, memberi pinjaman lebih baik dan lebih maslahat daripada memberi secara cuma-cuma. Karena bisa jadi pemberian cuma-cuma menyebabkan berhutang budi hingga terasa berat. Pada intinya, hendaknya kita bisa menyesuaikan sedekah yang ingin kita berikan dengan apa yang dibutuhkan si penerima.
Kelima, sedekah terbaik adalah yang sesuai dengan kemampuan diri. Artinya kita juga harus melihat kemampuan finansial diri kita. Memang sedekah yang banyak juga akan mendapat pahala yang banyak juga. Dan asal kita yakin, gantinya juga pasti akan diberikan oleh Allah. Tapi jika setelah bersedekah dalam jumlah yang jauh melebihi kemampuan finansial justru membuat kita menyesal, tak sabar menghadapi ‘risiko’nya dan berbagai ujian yang lain, hal ini justru akan mendatangkan mudharat.
Karenanya, sedekah sesuai kemampuan akan lebih menambah nilai ikhlas hingga makin sempurnalah sedekah.
Keenam, melalui lembaga resmi. Ini bukan tanpa alasan. Bersedekah sepuluh ribu seorang diri kepada kaum dhuafa, mungkin hanya cukup untuk makan sekeluarganya selama satu hari. Namun, bila sedekah yang kita berikan tadi digabung dengan sedekah seratus orang dengan nominal yang sama ke satu lembaga, maka akan ada manfaat produktif yang bisa diberikan. Tak hanya memberi ikan, tapi juga kail. Kesempatan untuk merubah nasib.
Selain itu, jika sedekah itu diserahkan melalui lembaga resmi, maka paling tidak ada lima keunggulan, yaitu: pertama, lebih sesuai dengan petunjuk Al Quran dan As Sunnah; kedua, untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat; ketiga, untuk menjaga perasaan rendah diri para dhuafa apabila berhadapan langsung untuk menerima sedekah; keempat untuk mencapai efisiensi dan efektivitas, serta sasaran yang tepat dalam pendayagunaannya menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat; dan kelima, syi’ar Islam.
Semoga Allah menjadikan hati kita lapang dan tangan kita ringan mengulurkan sedekah dan bantuan. Wallahua’lam.